Di Himpit
Beban
Kehidupan manusia dapat dikatakan
sangat singkat, hanya antara saat diazankan dengan di qamatkan dengan shalat.
Manusia lahir di sambut dengan azan atau iqamat dan kemudian berakhir
dengan shalat janazah. Dalam durasi yang pendek itu sering kali manusia lalai
dan lupa bahwa kehidupan di dunia hanya bersifat sementara. Saat dipanggil oleh
Allah tidak satupun manusia yang mengetahui nya, kapan
dan dimana, serta bagaimana cara kematiannnya.
Artinya: “Dan setiap umat mempunyai ajal. Apabila ajalnya
tiba, mereka tidak dapat meminta penundaan atau percepatan sesaat pun“. (QS
7:34)
Dalam keasikan mengejar dunia yang
sementara itu, terabaikan lah bagaimana sebenarnya kewajiban sebagai manusia,
hamba Allah. Hatinya penuh beban. Mereka selalu dijerat oleh empat hal yang
menghimpit dirinya, sehingga kebahagiaan jauh dari yang diharapkan.
a. Terlalu
Menyesali Masa Lalu, Masa lalu memang sulit dilupakan, terutama
masa masa sulit dan gejolak dalam mengarungi kehidupan. Sering kita temui
manusia yang trauma, melihat kematian, kecelakaan, darah,
kebakaran, rumah sakit, tranportasi udara, banjir
serta kejadian luar biasa lainnya.
Kejadian masa lalu itu membelenggu dirinya, sehingga membatasi gerak
hubungan sesama manusia dan apalagi dengan Khalik.
b. Terrlalu mengkhawatirkan masa datang,
Sepasang keluarga muda yang baru menikah, terlihat tidak bahagia,
tercermin dari raut muka dan kegelisahan. Pada hal mereka seharusnya menikmati.
Ternyata dalam pembicaraan kedua pasangan penganten baru ini, muncul sejumlah
hal yang membebani, Bagaimana nanti kalau hamil?. Pra sekolah
buat anak dimana? Kontrakan rumah hampir habis, duit belum
ada, Kalau orang tua datang dimana tidur. Kekawatiran berlebihan ,
datang beruntun hingga menghimpit sanubari, pikiran dan seluruh kehidupan dan
penghidupannya.
c. Tidak mau
memaafkan kesalahan orang lain. Kesalahan orang lain, baik tetangga, teman kantor ataupun keluarga,
selalu ingat. Malahan sewaktu tidurpun
menjadi mimpi. Padahal orang-orang tersebut, tidak memikirkan nya, tidur
nyenyak dan tanpa masalah. Enjoy dengan kehidupannya.
d. Terlalu
banyak mendengarkan orang lain. Baik kritik maupun masukan, sehingga
menggoyang findasi pedapat dan sikap yang sudah tepat. Ingatkah kisah keledai
dan bapak dan anak?
Kunci
Bahagia
a. Iman Kepada Allah
Kita sadari
bahwa kadar iman itu, turun dan naik. Menjaga
Iman itu agar stabil dan semakin berkualitas
tidak mudah, namun bisa.
Artinya: “Sesungguhnya orang2 yang mengatakan “Tuhan kami ialah Allah”
kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat akan turun kepada
mereka (dengan mengatakan): “Janganlah kamu merasa takut dan janganlah kamu
merasa sedih…………..Kamilah pelindung-pelindung mu dalam kehidupan dunia dan
akherat ……(QS.41 :30-31).
Artinya: “Dialah yang telah menurunkan ketenangan kedalam hati
orang-orang beriman, supaya keimanan mereka bertambah disamping keimanan mereka
(yang telah ada). Dan kepunyaan Allahlah tentara langit dan bumi dan adalah
Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana(Qs.48:4)
b.
Dzikir Kepada
Allah
Berapa lama waktu yang dialokasikan berdialog dan
curhat dengan Allah? Tentu tidaklah
cukup hanya dengan 17 rakaat dalam dua puluh empat jam. Upayakan untuk
memanfaatkan peluang untuk selalu berdzikir
sesuai dengan tauladan yang di perlihatkan kepada ummatnya.
“(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka
manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah
hati menjadi tenteram. (QS 13:28)
c. Bersyukurlah Setiap Saat
Sebuah
kelaziman bahwa syukur selalu berkonotasi pada hal-hal yang positif bagi
hambanya Nya. Baik itu berupa kelahiran seorang anak, pernikahan, kenaikan
jabatan, perolehan bonus bulanan, rumah baru dan banyak lagi. Namun jarang kita
sadari, ujian yang diberikan oleh Allah, juga harus disertai syukur.
Seperti kondisi yang sakit dan tidak memungkinkan menjalankan aktifitas rutin,
jarang disyukuri. Pada hal dengan ujian itu, Allah memberikan kesempatan buat
hamba Nya untuk merenung, membekali diri dengan telaah Al Quran, Hadist dan
bisa juga menjabarkan pengalaman selama ini dalam tulisan.
Artinya: “Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan.
"Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (ni'mat)
kepadamu dan jika kamu mengingkari (ni'mat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku
sangat pedih" (QS 14:7)
d. Bahagiakan Orang Lain
“…Manusia
yang paling dicintai Allah adalah yang paling bermanfaat bagi manusia dan
pekerjaan yang paling dicintai Allah adalah menggembirakan seorang Muslim, atau
menjauhkan kesusahan darinya, atau membayarkan hutangnya, atau menghilangkan
laparnya. Sungguh aku berjalan bersama saudaraku yang Muslim untuk sebuah
keperluan lebih aku cintai daripada beri’ktikaf di masjid ini (masjid Nabawi)
selama sebulan…” (HR. Thabrani di dalam al-Mu’jam al-Kabir, no. 13646).
Saya ingat
Siswadi, mantan anak jalanan yang telah menjadi Direktur LPPB
Solusi di Jakarta. Ia berasal dari
Purwodadi. Sejak umur 11 tahun menjadi anak jalanan di berbagai tempat di
Jakarta. Namun tetap sekolah dengan nilai yang sangat baik. Siswadi juga pernah
ditangkap karena mabuk, berkelahi dan razia saat dijalanan. Dia bilang, “Kalau mau sukses, sukses kan orang lain. Kalau ingin bahagia, bahagiakan
orang lain”. Dia mensukseskan orang lain
melalui bimbingan belajar dan pembekalan ketrampilan produktif, yang
tertuang dalam sebuah
buku, “Kisah Nyata, Sukses Anak
Jalanan Pertama Yang Menjadi Presiden Direktur”.
Bagaimana
dengan Anda
Saatnya melakukan evaluasi apakah
keempat beban pikiran dan psikologis itu menghinggapi diri dan keluarga. Lakukan introspeksi secara individual dan
juga dalam sebuah keluarga. Tiada jalan lain, kecuali menghilangkan jauh-jauh.
Yang perlu diingat sebetulnya adalah kebaikan orang lain
pada kita, bukan kesalahannya.
Mulailah mmperkuat iman, selalu
kontak dengan Allah melalui zikir, mensyukuri nikmat yang diberikan Allah yang
tiada batas serta sering membahagiakan orang lain (Dikembangkan dari Tausiah
Ustad H. Rachmat Abu Bakar, di Balai Silaturrahhmi, Perumahan SPS Puri Juli 2014, Indah, Jakarta Barat, H.
Muchtar Bahar).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar