Jumat, 30 Januari 2015

KUNCI BAHAGIA


Di Himpit Beban

Kehidupan manusia dapat dikatakan sangat singkat, hanya antara saat diazankan dengan di qamatkan dengan  shalat.  Manusia lahir di sambut dengan azan atau iqamat dan kemudian berakhir dengan shalat janazah. Dalam durasi yang pendek itu sering kali manusia lalai dan lupa bahwa kehidupan di dunia hanya bersifat sementara. Saat dipanggil oleh Allah tidak satupun manusia yang mengetahui nya, kapan dan dimana, serta bagaimana cara kematiannnya.


Artinya: “Dan setiap umat mempunyai ajal. Apabila ajalnya tiba, mereka tidak dapat meminta penundaan atau percepatan sesaat pun“. (QS 7:34)

Dalam keasikan mengejar dunia yang sementara itu, terabaikan lah bagaimana sebenarnya kewajiban sebagai manusia, hamba Allah. Hatinya penuh beban. Mereka selalu dijerat oleh empat hal yang menghimpit dirinya, sehingga kebahagiaan jauh dari yang diharapkan.

a.    Terlalu Menyesali Masa Lalu, Masa lalu memang sulit dilupakan, terutama masa masa sulit dan gejolak dalam mengarungi kehidupan. Sering kita temui manusia yang trauma, melihat kematian, kecelakaan,  darah,  kebakaran, rumah sakit, tranportasi udara,   banjir  serta kejadian luar biasa lainnya. Kejadian masa lalu itu membelenggu dirinya, sehingga membatasi gerak hubungan sesama manusia dan apalagi dengan Khalik.

b.    Terrlalu mengkhawatirkan masa datang, Sepasang  keluarga muda yang  baru menikah, terlihat tidak bahagia, tercermin dari raut muka dan kegelisahan. Pada hal mereka seharusnya menikmati. Ternyata dalam pembicaraan kedua pasangan penganten baru ini, muncul sejumlah hal yang membebani, Bagaimana nanti kalau hamil?. Pra sekolah buat anak dimana?   Kontrakan rumah hampir habis, duit belum ada, Kalau orang tua datang dimana tidur. Kekawatiran berlebihan , datang beruntun hingga menghimpit sanubari, pikiran dan seluruh kehidupan dan penghidupannya.

c.       Tidak mau memaafkan kesalahan orang lain. Kesalahan orang lain, baik  tetangga, teman kantor ataupun keluarga, selalu  ingat. Malahan sewaktu tidurpun menjadi mimpi. Padahal orang-orang tersebut, tidak memikirkan nya, tidur nyenyak dan tanpa masalah. Enjoy dengan kehidupannya. 

d.      Terlalu banyak mendengarkan orang lain. Baik kritik maupun masukan, sehingga menggoyang findasi pedapat dan sikap yang sudah tepat. Ingatkah kisah keledai dan bapak dan anak?

Kunci Bahagia

a.    Iman Kepada Allah

Kita sadari bahwa kadar iman itu, turun dan naik. Menjaga Iman itu agar stabil dan semakin berkualitas tidak mudah, namun bisa.


Artinya: “Sesungguhnya orang2 yang mengatakan “Tuhan kami ialah Allah” kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat akan turun kepada mereka (dengan mengatakan): “Janganlah kamu merasa takut dan janganlah kamu merasa sedih…………..Kamilah pelindung-pelindung mu dalam kehidupan dunia dan akherat ……(QS.41 :30-31).


Artinya: “Dialah yang telah menurunkan ketenangan kedalam hati orang-orang beriman, supaya keimanan mereka bertambah disamping keimanan mereka (yang telah ada). Dan kepunyaan Allahlah tentara langit dan bumi dan adalah Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana(Qs.48:4)

b.    Dzikir Kepada Allah

Berapa  lama waktu yang dialokasikan berdialog dan curhat dengan Allah?  Tentu tidaklah cukup hanya dengan 17 rakaat dalam dua puluh empat jam. Upayakan untuk memanfaatkan peluang untuk selalu berdzikir  sesuai dengan tauladan yang di perlihatkan kepada ummatnya.


(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram. (QS 13:28)

c.    Bersyukurlah Setiap Saat

Sebuah kelaziman bahwa syukur selalu berkonotasi pada hal-hal yang positif bagi hambanya Nya. Baik itu berupa kelahiran seorang anak, pernikahan, kenaikan jabatan, perolehan bonus bulanan, rumah baru dan banyak lagi. Namun jarang kita sadari, ujian yang diberikan oleh Allah, juga harus disertai syukur. Seperti kondisi yang sakit dan tidak memungkinkan menjalankan aktifitas rutin, jarang disyukuri. Pada hal dengan ujian itu, Allah memberikan kesempatan buat hamba Nya untuk merenung, membekali diri dengan telaah Al Quran, Hadist dan bisa juga menjabarkan pengalaman selama ini dalam tulisan.


Artinya: “Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan. "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (ni'mat) kepadamu dan jika kamu mengingkari (ni'mat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih" (QS 14:7)

d.    Bahagiakan Orang Lain

“…Manusia yang paling dicintai Allah adalah yang paling bermanfaat bagi manusia dan pekerjaan yang paling dicintai Allah adalah menggembirakan seorang Muslim, atau menjauhkan kesusahan darinya, atau membayarkan hutangnya, atau menghilangkan laparnya. Sungguh aku berjalan bersama saudaraku yang Muslim untuk sebuah keperluan lebih aku cintai daripada beri’ktikaf di masjid ini (masjid Nabawi) selama sebulan…” (HR. Thabrani di dalam al-Mu’jam al-Kabir, no. 13646).

Saya ingat Siswadi, mantan anak jalanan yang telah menjadi Direktur LPPB Solusi di Jakarta. Ia berasal dari Purwodadi. Sejak umur 11 tahun menjadi anak jalanan di berbagai tempat di Jakarta. Namun tetap sekolah dengan nilai yang sangat baik. Siswadi juga pernah ditangkap karena mabuk, berkelahi dan razia saat dijalanan.  Dia bilang, “Kalau mau sukses, sukses kan orang lain. Kalau ingin bahagia, bahagiakan orang lain. Dia mensukseskan orang lain melalui bimbingan belajar dan pembekalan ketrampilan produktif, yang tertuang dalam sebuah buku, “Kisah Nyata, Sukses Anak Jalanan Pertama Yang Menjadi Presiden Direktur”.

Bagaimana dengan Anda

Saatnya melakukan evaluasi apakah keempat beban pikiran dan psikologis itu menghinggapi diri dan keluarga.  Lakukan introspeksi secara individual dan juga dalam sebuah keluarga. Tiada jalan lain, kecuali menghilangkan jauh-jauh. Yang perlu diingat sebetulnya adalah kebaikan orang lain pada kita, bukan kesalahannya.


Mulailah mmperkuat iman, selalu kontak dengan Allah melalui zikir, mensyukuri nikmat yang diberikan Allah yang tiada batas serta sering membahagiakan orang lain (Dikembangkan dari Tausiah Ustad H. Rachmat Abu Bakar, di Balai Silaturrahhmi, Perumahan  SPS Puri Juli 2014, Indah, Jakarta Barat, H. Muchtar Bahar).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar