Sabtu, 31 Januari 2015

Panduan Pengelola Nagari di Minangkabauan Suku dan














Buku ini salah satu dari  sejumlah tulisan Amir MS yang penting untuk disimak dan ditelaah oleh para ninik mamak, Pejabat Nagari dan Pejabat Daerah di Sumatera Barat, sejalan dengan otonomi desa yang semakin luas. Diterbitkan oleh Ciktra Harta Prima,  Jakarta tahun 2012, dengan 128 halaman (11x21 cm).

Jumat, 30 Januari 2015

Pilantropi Kamum Perantau














Studi kedermawanan sosial organisasi perantau Sulit Air Sepakat (SAS), Kabupaten Solok, Sumatera Barat, ditulis oleh Irdam Huri. S.Sos yang diterbitkan oleh Piramedia, Jakarta.
Buku dengan tebal 150 halaman (14x20 cm), diterbitkan tahun 2006.

KUNCI BAHAGIA


Di Himpit Beban

Kehidupan manusia dapat dikatakan sangat singkat, hanya antara saat diazankan dengan di qamatkan dengan  shalat.  Manusia lahir di sambut dengan azan atau iqamat dan kemudian berakhir dengan shalat janazah. Dalam durasi yang pendek itu sering kali manusia lalai dan lupa bahwa kehidupan di dunia hanya bersifat sementara. Saat dipanggil oleh Allah tidak satupun manusia yang mengetahui nya, kapan dan dimana, serta bagaimana cara kematiannnya.


Artinya: “Dan setiap umat mempunyai ajal. Apabila ajalnya tiba, mereka tidak dapat meminta penundaan atau percepatan sesaat pun“. (QS 7:34)

Dalam keasikan mengejar dunia yang sementara itu, terabaikan lah bagaimana sebenarnya kewajiban sebagai manusia, hamba Allah. Hatinya penuh beban. Mereka selalu dijerat oleh empat hal yang menghimpit dirinya, sehingga kebahagiaan jauh dari yang diharapkan.

a.    Terlalu Menyesali Masa Lalu, Masa lalu memang sulit dilupakan, terutama masa masa sulit dan gejolak dalam mengarungi kehidupan. Sering kita temui manusia yang trauma, melihat kematian, kecelakaan,  darah,  kebakaran, rumah sakit, tranportasi udara,   banjir  serta kejadian luar biasa lainnya. Kejadian masa lalu itu membelenggu dirinya, sehingga membatasi gerak hubungan sesama manusia dan apalagi dengan Khalik.

b.    Terrlalu mengkhawatirkan masa datang, Sepasang  keluarga muda yang  baru menikah, terlihat tidak bahagia, tercermin dari raut muka dan kegelisahan. Pada hal mereka seharusnya menikmati. Ternyata dalam pembicaraan kedua pasangan penganten baru ini, muncul sejumlah hal yang membebani, Bagaimana nanti kalau hamil?. Pra sekolah buat anak dimana?   Kontrakan rumah hampir habis, duit belum ada, Kalau orang tua datang dimana tidur. Kekawatiran berlebihan , datang beruntun hingga menghimpit sanubari, pikiran dan seluruh kehidupan dan penghidupannya.

c.       Tidak mau memaafkan kesalahan orang lain. Kesalahan orang lain, baik  tetangga, teman kantor ataupun keluarga, selalu  ingat. Malahan sewaktu tidurpun menjadi mimpi. Padahal orang-orang tersebut, tidak memikirkan nya, tidur nyenyak dan tanpa masalah. Enjoy dengan kehidupannya. 

d.      Terlalu banyak mendengarkan orang lain. Baik kritik maupun masukan, sehingga menggoyang findasi pedapat dan sikap yang sudah tepat. Ingatkah kisah keledai dan bapak dan anak?

Kunci Bahagia

a.    Iman Kepada Allah

Kita sadari bahwa kadar iman itu, turun dan naik. Menjaga Iman itu agar stabil dan semakin berkualitas tidak mudah, namun bisa.


Artinya: “Sesungguhnya orang2 yang mengatakan “Tuhan kami ialah Allah” kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat akan turun kepada mereka (dengan mengatakan): “Janganlah kamu merasa takut dan janganlah kamu merasa sedih…………..Kamilah pelindung-pelindung mu dalam kehidupan dunia dan akherat ……(QS.41 :30-31).


Artinya: “Dialah yang telah menurunkan ketenangan kedalam hati orang-orang beriman, supaya keimanan mereka bertambah disamping keimanan mereka (yang telah ada). Dan kepunyaan Allahlah tentara langit dan bumi dan adalah Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana(Qs.48:4)

b.    Dzikir Kepada Allah

Berapa  lama waktu yang dialokasikan berdialog dan curhat dengan Allah?  Tentu tidaklah cukup hanya dengan 17 rakaat dalam dua puluh empat jam. Upayakan untuk memanfaatkan peluang untuk selalu berdzikir  sesuai dengan tauladan yang di perlihatkan kepada ummatnya.


(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram. (QS 13:28)

c.    Bersyukurlah Setiap Saat

Sebuah kelaziman bahwa syukur selalu berkonotasi pada hal-hal yang positif bagi hambanya Nya. Baik itu berupa kelahiran seorang anak, pernikahan, kenaikan jabatan, perolehan bonus bulanan, rumah baru dan banyak lagi. Namun jarang kita sadari, ujian yang diberikan oleh Allah, juga harus disertai syukur. Seperti kondisi yang sakit dan tidak memungkinkan menjalankan aktifitas rutin, jarang disyukuri. Pada hal dengan ujian itu, Allah memberikan kesempatan buat hamba Nya untuk merenung, membekali diri dengan telaah Al Quran, Hadist dan bisa juga menjabarkan pengalaman selama ini dalam tulisan.


Artinya: “Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan. "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (ni'mat) kepadamu dan jika kamu mengingkari (ni'mat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih" (QS 14:7)

d.    Bahagiakan Orang Lain

“…Manusia yang paling dicintai Allah adalah yang paling bermanfaat bagi manusia dan pekerjaan yang paling dicintai Allah adalah menggembirakan seorang Muslim, atau menjauhkan kesusahan darinya, atau membayarkan hutangnya, atau menghilangkan laparnya. Sungguh aku berjalan bersama saudaraku yang Muslim untuk sebuah keperluan lebih aku cintai daripada beri’ktikaf di masjid ini (masjid Nabawi) selama sebulan…” (HR. Thabrani di dalam al-Mu’jam al-Kabir, no. 13646).

Saya ingat Siswadi, mantan anak jalanan yang telah menjadi Direktur LPPB Solusi di Jakarta. Ia berasal dari Purwodadi. Sejak umur 11 tahun menjadi anak jalanan di berbagai tempat di Jakarta. Namun tetap sekolah dengan nilai yang sangat baik. Siswadi juga pernah ditangkap karena mabuk, berkelahi dan razia saat dijalanan.  Dia bilang, “Kalau mau sukses, sukses kan orang lain. Kalau ingin bahagia, bahagiakan orang lain. Dia mensukseskan orang lain melalui bimbingan belajar dan pembekalan ketrampilan produktif, yang tertuang dalam sebuah buku, “Kisah Nyata, Sukses Anak Jalanan Pertama Yang Menjadi Presiden Direktur”.

Bagaimana dengan Anda

Saatnya melakukan evaluasi apakah keempat beban pikiran dan psikologis itu menghinggapi diri dan keluarga.  Lakukan introspeksi secara individual dan juga dalam sebuah keluarga. Tiada jalan lain, kecuali menghilangkan jauh-jauh. Yang perlu diingat sebetulnya adalah kebaikan orang lain pada kita, bukan kesalahannya.


Mulailah mmperkuat iman, selalu kontak dengan Allah melalui zikir, mensyukuri nikmat yang diberikan Allah yang tiada batas serta sering membahagiakan orang lain (Dikembangkan dari Tausiah Ustad H. Rachmat Abu Bakar, di Balai Silaturrahhmi, Perumahan  SPS Puri Juli 2014, Indah, Jakarta Barat, H. Muchtar Bahar).

Tanya Jawab ADAT MINANGKABAU












Buku ini terdiri dari dua jilid jilid pertama dengan 15 persoalan dan jilid kedua ini dengan 7 topik, diterbitkan oleh Karya Dunia Pikir,Ikatan Keluarga Kubang dan Yayasan Aini, Jakarta, tahun 2005.

Buku dengan tebal 120 halaman (15x21 cm) dapat diperoleh di toko buku, ditulis oleh Amir MS


Gelora Kehidupan, Ir Januar Muin













Sebuah biografi dari Ir Januar Muin, tokoh Minang yang berhasil dalam proyek listrik di Sumbar dan sekitarnya,  dengan editor Dr Mafri Ahmad MA dan Abrar Yusra. Biografi ini diterbitkan oleh Mazhab Ciputat, 2012. Buku dengan tebal 250 halaman, (15x 21 cm), patut untuk dibaca dan direnungkan.

Jernih Melihat, Cermat Mencatat.













Sebuah antologi karya jurnalistikwartawan senior Kompas. H. Marthias Dusky Pandoe, yang diterbitkan oleh Kompas. buku  dibidani oleh penulis dan wartawan senior Julius Pour, diterbitkan tahun 2010.

Menggugat Minangkabau

Add caption










Editor buku ini  adalah Herwandi dan Zayardam Zubir, diterbitkan oleh Andalas University Press, Padang tahun 2006. Buku yang hampir 200 halaman ini patut dikaji dan terjemahkan dengan kondisi kekinian di Sumatera Barat.
Buku dengan  180 halaman (14x21cm)

Kamis, 29 Januari 2015

Proposal Penerbitan Buku ”MUSTIKA ADAT ALAM MINANGKABAU”

1. Latar Belakang
Nama besar orang Minang, yang selama ini selalu mewarnai pentas nasional,  kini hanya tinggal kenangan. Hal tersebut disebabkan oleh karena terjadi degradasi kepemimpinan orang Minang, mulai dari tingkat lokal hingga nasional. Hal tersebut sangat disayangkan, karena tidak ada upaya  generasi muda Sumatera Barat untuk membangun kebesaran seperti masa lalu, yang terjadi malah sebaliknya yakni, membangun kesadaran sejarah palsu.

Kondisi itu diperparah lagi oleh kebudayaan lokal, yang tidak lagi mampu berperan sebagai benteng moral di tengah masyarakat, makin derasnya pengaruh negatif globalisasi, yang nyata-nyata merupakan ancaman kian memudarnya semangat tradisi lokal. Kekhawatiran itu juga muncul akibat perkembangan informasi dan teknologi serta dampak globalisasi yang bila tidak diluruskan maka diyakini generasi mendatang tidak lagi mengenal sendi-sendi budaya Minangkabau.

Filosofis yang terkandung dalam bait-bait di atas, apabila dikaji secara seksama sangatlah dalam maknanya. Dan makna tersebut juga yang mendorong penerbitan buku yang berjudul "Mustika Adat Alam Minangkabau" ini. Karena setidaknya kehadiran buku ini diharapkan akan dapat menjawab sebagian persoalan itu.

Semua itu juga tidak lepas dari kegundahan serta kekhawatiran akan kehilangan, jika adat tergilas serta syarak yang tidak kunjung bangkit lagi. Maka disinilah titik persoalan dimulai, karena Minangkabau akan bertukar tuan, dimana adat hanya akan dijadikan barang pajangan, terkunci dalam musium.

2.Tujuan

Melalui buku ini diharapkan akan menjadi salah satu upaya untuk mencapai tujuan seperti;
  •  Menggali kembali nilai-nilai budaya Minangkabau sebagai bagian untuk  menyelamatkan peninggalan budaya dari nenek moyang kita.
  • Memberikan kontribusi pemikiran  Adat Alam Minangkabau, yang akan  menjadi salah satu acuan bagi generasi penerus kedepan, di kampung dan rantau.
  • Sosialisasi kepada masyarakat dalam menyikapi setiap perubahan budaya ditengah hegemoni budaya Barat, proteksi dan “paga” komunitas Minangkabau
  • Mendokumentasikan gagasan-gagasan yang konstruktif yang berwawasan jauh kedepan untuk melestarikan budaya yang menjadi ciri khas Minangkabau, dari suku bangsa yang ada di negeri ini.

Isi buku ini terbagi  delapan; “Nan Tasirek”,  “Urang Sumando”, “Nasihat dan Asal Usul”,  “Tujuah Kalarasan”, “Tantang Pangulu”, “Mulo Pasambahan Jo Batimbang Tando”,  “Pasambahan Baralek”,  dan    “Sejarah Minangkabau, dengan ukuran 16 x 19 cm dengan tebal 330 halaman. Ditulis oleh Dicki Zulkarnain St. Mantari Basa, seorang otodidak yang memahami tentang adat Minangkabau dan piawai di  berbagai acara adat dan pasambahan. Naskah sudah lebih 10 tahun ditulis di edit oleh H. Albazar M Arif St Suleman, H. Farhan Muin Dt Bagindo  dan H.Muchtar  Bahar St Sari Endah

3. Rencana Penerbitan dan Distribusi

Buku ini akan dicetak sebanyak 2000 buku dengan penyebaran;
1.    1.000 buku (50 %), dikirim secara gratis kepada perpustakaan sekolah, perpustakaan perguruan tinggi, perpustakaan Nagari, Perpustakaan Masyarakat, Pusat Kegiatan Masyarakat di Ranah Minang dan di Rantau.
2.   600 buku (30 %) akan diserahkan kepada sponsor penyandang dana
3.  400 buku (20 %) dijual secara terbatas, dengan harga  40.000./buku, digunakan bagi penerbitan lanjutan.

4. Rencana Biaya

1.     Pengetikan & Edit           Rp. 1. 250.000
2.     Disain & Lay out             Rp.     500.000
3.     Pembuatan dummy          Rp.     500.000
4.     Honor  Penulis                 Rp. 4. 000.000
5.     Cetak 2000 buku             Rp.20.000.000
6.      Pengiriman                     Rp.  1.000.000
                                       ------------------------
Jumlah                                 Rp.27.250.000


Dari jumlah tersebut sudah dihimpun dari Pengurus YPMUI dan BMS Foundation Rp. 2.250.000.

Keperluan dana yang diharapkan dari donatur Rp. 25.000.000. (2.000 buku)
Jika dicetak 1000 buku, biaya yang diperlukan Rp.16.000.000.

5. Apresiasi Bagi Donatur   

Kepada donatur akan diberikan apresiasi seperti:
a. Buku untuk dibagikan kepada jaringan nya masing-masing (30% dari jumlah cetak)
b. Informasi tentang donatur (organisasi) akan dimuat di bagian halaman Penulis, Editor & Penerbit 
c. Donatur  Perusahaan akan dimuat dalam lembar khusus, yaitu di “pembatas” tiap bagian.
d. Diberikan buku terbitan pertama YPMUI, “Mambangkik Batang Tarandam, Minangkabau di Tapi Jurang”
d. Harapan  dan doa agar buku memberikan manfaat dan menjadi pahala yang akan mengalir pada nya dengan abadi
.
 6. Penerbit

YAYASAN PEMBANGUNAN MASYARAKAT UTAMA  INDONESIA bersama dengan  YAYASAN BINA MASYARAKAT SEJAHTERA Perumahan SPS D4 No.3, Kembangan Selatan, Jakarta Barat, 11610.  Kontak lanjutan dengan   H. Muchtar Bahar, HP 08114249 ( BMS Foundation) dan YPMUI, H Farhan Muin Dt Bagindo, HP.081484422254. Email: muchtar_bahar@yahoo.comFacebook@ikbalammsumbarjaya




Selasa, 20 Januari 2015

Pewarisan Harato Pusako Tinggi & Harato Pencaharian Minangkabau






















Buku ini (172 halaman, 16x24 cm) diterbitkan oleh PT. Mutiara Sumber Wydia, tahun 2008 ditulis oleh Amir M. S, Cetakan petama tahun 2003 dan cetakan kedua tahun 2008.


Agama Islam menentukan warisan harta diturunkan kepada anak. Kenapa adat masih bertahan mewariskan harta kepada kemenakan? Dimana letaknya Adat Basandi syarak-syarak basandi Kitabullah? Agama Islam memperbolehkan mengawini wanita diluar saudara kandung dan saudara sesuku?

Pertanyaan-pertanyaan semacam ini yang akhirnya berujung pada pertanyaan yang bernada sarkatis yang berbunyi: “apakah adat Minangkabau masih applicable (terpakai) seperti yang muncul dalam internet pada gantino@indo.net.id tertanggal 26 Maret 2001”.

Ketentuan adat Minangkabau tentang kepemilikan Harta Pusaka Tinggi adalah sebagai berikut: a. Tajua indak dimakan bali  dan b. Tasando indak dimakan gadai.

Ketentuan adat yang semacam ini mempunyai makna yang sangat positif bagi hidup dan kehidupan orang Minang. Tanah Pusaka Tinggi yang tidak boleh diperjual belikan ini menjadikan setiap orang Minang mempunyai kekayaan abadi dalam bentuk Tanah Pusaka Tinggi yang dapat dimanfaatkan sebagai landasan kehidupan ekonomisnya sepanjang hayat. Semiskin miskinnya orang Minangkabau, tanah satompok tetap punya. Pada dasarnya orang Minangkabau takkan mungkin tidur di kolong langit, Dia akan selalu punya surau atau rumah gadang untuk berteduh.

Namun bagaimana dengan kebutuhan tanah untuk pembangunan Pemerintah dan para investor atau pengusaha. Kendatipun mereka kaya raya dengan uang, mana mungkin mereka akan dapat membeli tanak pusaka tinggi Minangkabau untuk keperluan prasarana umum, fasilitas sosial serta untuk keperluan industry, perkebunan dan kegiatan ekonomi lainnya.

Kesimpulan mereka itu, Hukum Tanah Pusaka Tinggi Minangkabau yang tidak boleh dijual ini menjadi kendala bagi proyek pembangunan, dan bagi aktifitas ekonomi modern lainnya.

Andaikata pemerintah mampu mengundang investor lokal maupun asing untuk datang ke Sumatera Barat misalnya untuk mendirikan hotel mewah, supermarket dan Hypermarket nan megah, mana mungkin mereka merealisasikan gagasan-gagasannya bila tidak mungkin membeli tanah-tanah di Minangkabau.

Sesempit itukah hukum adat Minangkabau tentang Tanah Pusaka Tinggi. Adalah kewajiban kita bersama, orang Minangkabau, untuk mencari jawaban diatas pertanyaan-pertanyaan yang sangat pessimistis ini. Salah satu bab dari buku ini mencoba mengajukan suatu wacana untuk mencari solusinya. Semoga wacana ini akan ditingkatkan oleh yang berwenang menjadi suatu kebijakan yang menetramkan semua pihak. 

 lahir di Kubang, 11 Mei 1932, Kecamatan Guguk Kabupaten Limapuluh Kota. Payakumbuh - Sumatera Barat. Berpendidikan Sosial Ekonomi dan Politik. Berpengalaman sebagai Praktisi Bisnis, Instruktur, Dosen Pasca Sarjana Sekolah Tinggi Manajemen. Beristri tunggal, beranak lima, bercucu 11 pada taun 2008. Penulis buku Tonggak Tuo Budaya Minang, Adat Minangkabau Pola dan Tujuan Hidup Orang Minang, Masyarakat Adat Minangkabau Terancam Punah, dan buku-buku Perdagangan Internasional Ekspor Impor

Senin, 19 Januari 2015

MERINTIS AKSI CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR)

Pengalaman Kecil

Musibah banjir 15 tahun yang lalu melanda Jabodetabek, telah membawa kerusakan berbagai sarana dan prasarana serta penghidupan masyarakat. Desa Sukmajaya di Bekasi, salah satu diantaranya yang mengalamai kerusakan permumahan, lingkungan, pertanian dan usaha yang dijalankan oleh masyarakat. Ketika itu Yayasan Bina Masyarakat Sejahtera (BMS), telah menjalankan program Pemberdayaan Keluarga Anak jalanan, dengan dua intervensi, yakni peningkatan ekonomi keluarga dan pengembalian anak jalanan ke sekolah. Sukmajaya merupakan areal kerja program ini.

Intervensi awal penanggulangan akibat banjir adalah layanan kesehatan dan bantuan sembako. Kedua intervensi ini memberikan pemahaman yang dalam tentang kebutuhan riil mereka dan pada sisi lan diketahui sejumlah tokoh masyarakat yang “tulus” membantu sesama.  Dialog yang intensif dengan tokoh masyarakat ini membuahkan kebutuhan untuk perbaikan perumahan yang telah rusak. Masyarakat menentukan urutan warga yang akan memperoleh perbaikan perumahan. Sementara BMS melakukan pendekatan kepada pihak mitra untuk ikut membantu.

Habitat Humanity International tertarik, dengan pendekatan perbaikan perumahan dengan pijakan “membangun kemandirian”. Pola awal yang ditempuh, adalah penyediaan bahan bangunan yang diperlukan dan masyarakat secara bersama membangun nya. Ini ditempuh hanya untuk 5 unit rumah, guna meyakinkan masyarakat bahwa dengan “gotong royong” mampu mengurangi persoalan perumahan. Penerima manfaat didorong untuk menabung dan akumulasi tabungan ini digunakan untuk membangun unit perumahan berikutnya.

Dana yang diperoleh untuk membangun tiap unit rumah didapat kan dari perusahaan, sekitar Rp. 7,5 juta  per unit. Perusahaan telah memberikan komitmen untuk membantu 40 unit rumah. Dengan  cara ini, jumlah rumah yang dapat dibangun semakin banyak.   Kontribusi masyarakat dengan “gotong royong” dan kegiatan volunteer perusahaan ke lapangan, mengurangi biaya yang diperlukan untuk tiap rumah. Pada sisi lain, mereka semakin erat  kebersamaan dalam menyelesaikan persoalan di sekitar mereka. 

Contoh kedua adalah penguatan Sanggar Belajar Anak di daerah Pedongkelan, Pulo Gadung, Jakarta Timur.  Dengan dukungan ILO, BMS telah melaksanakan program pengurangan anak jalanan, melalui penguatan kapasitas orang tua dan bimbingan pada anak jalanan. Penguatan kapasitas orang tua ditempuh melalui penyadaran tentang hak anak dalam pendidikan dan pembekalan ketrampilan produktif bagi tambahan pendapatan keluarga. Program bagi anak anak adalah motivasi kembali ke sekolah, persiapan untuk mengikuti ujian kesetaraan paket A, B dan C. Bagi anak anak dengan usia 15  tahun keatas, diberikan pembekalan ketrampilan sesuai dengan minatnya. Pada giliran berikutnya adalah memberikan pembelajaran bagi mereka untuk merintis usaha dengan dukungan dana dari program.

Sangar Belajar Anak, sebuah sarana penting. Disini anak-anak diajak ketemu secara reguler, belajar, ngaji dan membicarakan hambatan nya, termasuk menyegarkan motivasinya. Di tempat ini juga ajang berlangsungnya pertemuan orang tua, membekali dengan kepercayaan diri, semangat dan pembekalan ketrampilan.  Kegiatan di sanggar ini dikomunikasikan dengan media. Media TV memberikan dukungan perbaikan sarana, sementara kunjungan Menteri Pendidikan ke lokasi, menambah semangat anak dan keluarga untuk berubah. Dukungan lanjutan bagi sanggar ini berdatangan.

Concern Perusahaan

Perusahaah yang ikut serta dalam kedua contoh diatas,  dapat disebut sebuah kepedulian. Sehingga dapat dimaknai bahwa  CSR adalah sebagai bentuk kegiatan untuk meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat melalui peningkatan kemampuan manusia sebagai individu untuk beradaptasi dengan keadaan sosial yang ada, menikmati, memanfaatkan, dan memelihara lingkungan hidup yang ada. CSR merupakan salah satu wujud partisipapsi dunia usaha dalam pembangunan berkelanjutan untuk mengembangkan program kepedulian perusahaan kepada masyarakat sekitar melalui penciptaan dan pemeliharaan keseimbangan antara mencetak keuntungan, fungsi-fungsi sosial, dan pemeliharaan lingkungan hidup. Dengan perkataan lain, CSR dikembangkan dengan koridor Tri Bottom Line yang mencakup sosial, ekonomi, dan lingkungan.

Ketiga aspek itu akan menjadi pilihan perusahaan.  Pertanyaan yang muncul  adalah dimana prioritas  perhatian  dan pertanyaan selanjutnya pada area mana akan memulai. Area rintisan untuk memulai  dapat   mempertimbangkan, radius kerja perusahaan dengan produk yang dihasilkan (bila produk/jasa) tersebut menyangkut konsumen yang lebih umum  atau keikut sertaan dalam penanganan isyu nasional (kesehatan, lingkungan dll).

Paling tidak perusahaan harus menetapkan pilihannya, seperti:

1.      Community and Broader Society. Mayoritas perusahaan memiliki aktivitas dalam area ini, salah satunya adalah melalui pemberdayaan masyarakat yang intinya adalah bagaimana individu, kelompok atau komunitas berusaha mengontrol kehidupan mereka sendiri dan mengusahakan untuk membentuk masa depan sesuai dengan keinginan mereka. Implementasi pemberdayaan masyarakat melalui:

·         proyek-proyek pembangunan yang memungkinkan anggota masyarakat  memperoleh dukungan dalam memenuhi kebutuhan.
·         kampanye dan aksi sosial yang memungkinkan kebutuhan-kebutuhan tersebut dapat dipenuhi oleh pihak-pihak lain yang bertanggung jawab.

2.      Environtment Programs. Program yang berkaitan dengan pemeliharaan lingkungan misalnya dengan menghasilkan produk yang aman, tidak berbahaya bagi kesehatan, dan ramah lingkungan; membuat sumur resapan; dan penyaluran limbah dengan baik.

3.      Ikut menyumbang untuk kegiatan yang sifat nya “musibah”,  gempa, banjir, dan persoalan lan yang bersifat parsial dan insidental

Tahapan

Pengembangan CSR memerlukan tahapan yang runtun. Tahap pertama, dimulai dengan upaya melihat dan menilai kebutuhan masyarakat dengan cara mengidentifikasi masalah yang terjadi dan mencari solusi yang tepat. Tahap kedua, perlu dibuat rencana aksi beserta anggaran, jadwal, indikator evaluasi, dan sumber daya yang diperlukan bagi perusahaan. Tahap ketiga, melakukan monitoring kegiatan melalui kunjungan langsung atau melalui survey. Tahap keempat, melakukan evaluasi secara regular dan melakukan pelaporan untuk dijadikan panduan strategi dan pengembangan program selanjutnya. Evaluasi dilakukan pula dengan membandingkan hasil evaluasi dari internal perusahaan dan eksternal perusahaan, khususnya masyarakat itu sendiri.

Ketiga tahapan itu, dengan keterbatasan perusahaan, dapat dilakukan dengan mengajak “mitra yang berpengalaman”. Sehingga kepedulian tidak menjadi bumerang, menjadikan masyarakat sebagai  penadah bantuan.

Berikan kail, jangan berikan ikan, tidaklah cukup. Pengalaman berbagai program CSR dan juga  pemerinah yang memberikan kail dan umpan plus pembekalan, ternyata berakibat fatal. Umumnya kail dan umpan yang diterima, dalam beberapa hari, telah ditukar dengan uang. Atau kail dan umpan, yang diterima mereka ‘tidur-kan” bertumpuk di sudut rumah, tanpa dimanfaat kan. Hanya sebagian masyarakat yang mendayagunakan kail dengan umpan nya  sebagai “tool” untuk memperbaiki diri dan keluarga.

Kiat Kunci

Berpijak pada pengalaman lapangan dan keberhasilan CSR, patut dilihat beberapa kiat kunci sebelum memulai kiprah perusahaan melalui CSR;

·        Kesamaan pandangan perusahaan dalam konsep CSR dan implementasinya. Jangan sampai terjadi CEO perusahaan dengan kepedulian nya terlalu baik hati, sehingga muncul ungkapan yang kurang mendukung di lapangan, seperti obral “janji” , sehingga  “keswadayaan” dan “keberlanjutan” kepedulian terabaikan.

·        Penentuan titik mulai, baik aspek perhatian ataupun lokasi, sebuah persiapan yang cukup rumit. Tidak hanya kepentingan perusahaan, kebijakan Pemerintah dan kepentingan “politik” akan muncul. Pemahaman aspek yang akan digeluti di lokasi yang ditentukan, akan menjadi kunci keberhasilan atau kegagalan program CSR.

·     Berbagai program CSR yang berhasil adalah karena kejelian dalam poin kedua diatas. Lebih panting lagi, memulai dengan kegiatan skala kecil, akan mengurangi resiko adanya ketergantungan masyarakat pada perusahaan. Kegiatan kecil yang berhasil, dapat bergulir dengan kegiatan lain, pengembangan yang telah ada atau  krgiatan baru.

·      Intervensi financial dengan non financial yang proporsional. Dukungan pendanaan atau penyediaan fasilitas yang diberikan selalu disertai dengan penyadaran dan pembekalan kemampuan manajerial. Penyadaran dan pembekalan lebih intensif diawal program dan selanjutnya sesuai dengan kebutuhan setiap tahap pelaksanaan program itu sendiri.

·         Demikian banyak program yang beriorientasi pada masyarakat kecil dari pemerintah dan juga perusahaan. Upaya untuk mengaitkan kepedulian perusahaan, terhadap  ”on going program”, memerlukan telaah yang dalam dan hati-hati. Terutama tentang pemetaan intervensi dan sumber nya, pada bahagian mana perusahaan berperan dengan CSR nya.

·         Penemuan “relawan” dengan hati luhur di tengah masyarakat tidak mudah. Kader “relawan” akan terseleksi dalam proses pembekalan pada mereka, keikut sertaan dalam proses dan peran-peran yang “nir” muatan kepentingan, baik “politik, kepentingan atau atas nama wong cilik”, dll

·        Dukungan perusahaan dalam keempat tahapan (identifikasi kebutuhan, perencanaan, pengaggaran dan monev) memerlukan “perpanjangan tangan”, yakni para pemberdaya masyarakat yang berpengalaman.  Pemberdaya masyarakat menjadi fasilitator program yang independen, ke masyarakat dengan “kemasan kemandirian” ke perusahaan “kritisi kebijakan”.  Kepada pemerintah dan mitra lain akan berperan sebagai “connecting”.

Alternatif

Dengan kiat kunci  itu, beberapa pilihan program dapat menjadi agenda perusahaan untuk dikaji ulang lebih jauh untuk diperioritaskan melalui rangkaian kunjungan, dialog dengan masyarakat, relawan serta mitra, seperti:

  • Pengembangan embrio dari arisan kakus, arisan rumah yang berlangsung
  • Peningkatan embrio “arisan”, tabungan sosial”, menjadi sebuah Lembaga Keuangan Masyarakat
  • Pengembangan inisiatif lokal dalam pembibitan tanaman, budidaya perikanan dan kreasi tekhnologi tepat guna.
  • Penataan lingkungan (air, jalan setapak, irigasi, sampah) dengan basis budaya setempat yang dapat diperkuat.
  • Pengembangan Lembaga Pendidikan Khusus, untuk dhuafa, penddidikan dasar, integrasi budaya dll,
  • Pengembangan usaha kecil menengah dengan potensi sumber  alam setempat 
(Jalarta, Nopember 2014, H Muchtar Bahar)

BAHASA MINANG POPULER (Minang Taseba)




Penulisan buku ini dilatar belakangi oleh tiga alasan. Pertama, para generasi muda terutama yang dirantau yang enggan ikut aktif dalam peguyuban dan pertemuan yang menggunakan bahasa Minang. Ketika ditanyakan, alasannya sederhana, “kami ingin ikut, tapi kami tidak mengerti yang dibicarakan dalam pertemuan itu”.



Realitas dalam  kehidupan sehari hari, pada umumnya keluarga perantau jarang menggunakan Bahasa Minang dalam komunikasi sehari hari. Prof. Drs. H Satni Eka Putra, Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Sumatra Barat menekankan bahwa “Bahaso Manunjuakkan Bangso” dengan bahasa yang jelas identitasnya dengan tutur bahasa yang sopan dan santun akan menggambarkan identitas dan kepribadian orang itu. Dengan kata lain kalau kita telah “melupakan” bahasa kita sendiri berarti kita kehilangan identitas kita, jati diri kita.

Alasan kedua adalah dorongan untuk memberikan fasilitas bagi masyarakat Indonesia dan juga warga asing untuk mempelajari bahasa Minang. Dengan adanya buku “Bahasa Minang Populer” ini, proses mempelajari bahasa Minang lebih mudah. Karena tempat khusus untuk mempelajari Bahasa Minang, hanya di Perguruan Tinggi. Malahan Dr. Fasli Jalal. Ph.D ketika itu menjabat sebagai Direktur Jendral Pendidikan Luar Sekolah dan Pemuda”. Para penulis tidak banyak yang berminat untuk berkarya dalam bahasa Minangkabau. Disamping minat baca bahasa Minangkabau khususnya di Ranah Minang amat rendah. Hal ini dibuktikan dengan semakin sulitnya kita menemukan buku-buku berbahasa daerah Minangkabau di Ranah Minang, apalagi diluar daerah Ranah Minang. Hal ini sejalan dengan hasil “Mupakat Bandung pada point 3”

Alasan berikutnya adalah membantu siswa dalam memahami Bahasa Minang dalam jenjang pendidikan formal, dasar dan menengah. Kalau anak-anak dirantau tinggal di Bekasi, maka ada muatan lokal mata pelajaran bahasa Sunda demikian juga anak-anak yang belajar di Jawa Tengah akan mempelajari Bahasa Jawa, begitu pula didaerah lain di tanah air Indonesia tercinta.

Buku ini terdiri dari Sembilan Bab yaitu Bab I, Pendahuluan, Bab II, Bahasa Minangkabau serta hubungan dengan Bahasa Indonesia, dan Bab III adalah tentang Perbandingan kosa kata dalam bahasa Minangkabau dengan kosa kata dalam bahasa Indonesia. Isi Bab IV, Pronomina dan Kata Sapaan, Bab V, Pemahaman kelas Bahasa Indonesia, Bab VI, Imbuhan dan Bab VII, Pembentukan Kalimat. Pada bagian akhir dilampirkan Daftar Pustaka, Daftar Istilah, Lumbuang Kato, Kunci Jawaban dan Biodata Penulis.

Buku ini menarik dan penting bagi remaja anak rantau dan di kampung halaman serta etnik lain dan warga asing yang ingin mendalami bahasa Minangkabau.






Minggu, 18 Januari 2015

BELAJAR DARI KELEDAI

Suatu hari, keledai milik seorang petani jatuh ke dalam sumur. Hewan itu menangis dengan memilukan selama berjam-jam, sementara si petani memikirkan apa yang harus dilakukannya.

Akhirnya, si petani memutuskan bahwa hewan itu sudah tua dan sumur juga perlu ditimbun, ditutup karena berbahaya, jadi tidak berguna untuk menolong si keledai. Ia mengajak tetangga-tetangganya untuk datang membantunya. Mereka membawa sekop dan mulai menyekop tanah ke dalam sumur.

Pada mulanya, ketika si keledai menyadari apa yang sedang terjadi, ia  menangis penuh kengerian. Tetapi kemudian, semua orang takjub, karena si keledai menjadi diam. Setelah beberapa sekop tanah lagi dituangkan ke dalam sumur, si petani melihat ke dalam sumur dan tercengang dengan apa yang dilihatnya. Walaupun punggungnya terus ditimpa oleh bersekop-sekop tanah dan kotoran, si  keledai melakukan sesuatu yang menakjubkan. Ia mengguncang-guncangkan badannya agar tanah yang menimpa punggungnya turun ke bawah, lalu menaiki tanah itu. 

Sementara para tetangga petani terus menuangkan tanah kotor ke atas punggung hewan itu, si keledai terus juga mengguncangkan badannya dan melangkah naik. Segera saja, semua orang terpesona ketika si keledai meloncati tepi sumur dan melarikan diri.

Kehidupan terus saja menuangkan tanah dan kotoran kepadamu, segala macam tanah dan kotoran. Cara untuk keluar dari “sumur” (kesedihan, masalah, dsb) adalah dengan  mengguncangkan segala tanah dan kotoran dari diri kita(pikiran  dan hati kita) dan melangkah naik ke tepi “sumur” dengan menggunakan hal-hal tersebut sebagai pijakan.

Setiap masalah-masalah kita merupakan satu batu pijakan untuk melangkah. Kita dapat keluar dari 'sumur' yang terdalam dengan terus berjuang, jangan pernah menyerah! Guncangkanlah hal negatif yang menimpa dan melangkahlah naik, ingatlah aturan sederhana tentang kebahagiaan;

o   Bebaskan dirimu dari kebencian
o   Bebaskanlah pikiranmu dari kecemasan
o   Hiduplah sederhana
o   Berilah lebih banyak
o   Berharaplah lebih sedikit
o   Tersenyumlah
o   Miliki teman seperti aku

Seseorang telah mengirimkan hal ini untuk kupikirkan, maka aku meneruskannya kepada pembaca dengan maksud yang sama.
           
Leon Uris, pengarang buku terlaris '' Exodus '' pernah gagal dalam ujian Bahasa Inggris  sebanyak 3 kali semasa di sekolah menengah. Rodin si pengukir legendaris, pernah tiga kali gagal masuk sekolah seni. Prestasi Isaac Newton amat lemah ketika di sekolah dasar. Leo Tolstoy, penggarang buku; ''War and Peace'' pernah di keluarkan dari akademi. Guru Thomas Edison pernah mengatakan bahwa Thomas terlalu bodoh untuk belajar sesuatu. Walt Disney pernah di pecat oleh seorang redaktur surat kabar karena kekurangan ide. (H. Muchtar Bahar, kiriman Hairin  Nur, Kompak P2KP, 15 Desember 2004, Dari Buku Menjadi Hamba Yang Peduli, H.Albazar M Arif dan H Muchtar Bahar, YPMUI  2014, halaman 57)