Buku ini salah satu dari sejumlah tulisan Amir MS yang penting untuk disimak dan ditelaah oleh para ninik mamak, Pejabat Nagari dan Pejabat Daerah di Sumatera Barat, sejalan dengan otonomi desa yang semakin luas. Diterbitkan oleh Ciktra Harta Prima, Jakarta tahun 2012, dengan 128 halaman (11x21 cm).
Sabtu, 31 Januari 2015
Panduan Pengelola Nagari di Minangkabauan Suku dan
Buku ini salah satu dari sejumlah tulisan Amir MS yang penting untuk disimak dan ditelaah oleh para ninik mamak, Pejabat Nagari dan Pejabat Daerah di Sumatera Barat, sejalan dengan otonomi desa yang semakin luas. Diterbitkan oleh Ciktra Harta Prima, Jakarta tahun 2012, dengan 128 halaman (11x21 cm).
Jumat, 30 Januari 2015
Pilantropi Kamum Perantau
KUNCI BAHAGIA
Di Himpit
Beban
Kehidupan manusia dapat dikatakan
sangat singkat, hanya antara saat diazankan dengan di qamatkan dengan shalat.
Manusia lahir di sambut dengan azan atau iqamat dan kemudian berakhir
dengan shalat janazah. Dalam durasi yang pendek itu sering kali manusia lalai
dan lupa bahwa kehidupan di dunia hanya bersifat sementara. Saat dipanggil oleh
Allah tidak satupun manusia yang mengetahui nya, kapan
dan dimana, serta bagaimana cara kematiannnya.
Artinya: “Dan setiap umat mempunyai ajal. Apabila ajalnya
tiba, mereka tidak dapat meminta penundaan atau percepatan sesaat pun“. (QS
7:34)
Dalam keasikan mengejar dunia yang
sementara itu, terabaikan lah bagaimana sebenarnya kewajiban sebagai manusia,
hamba Allah. Hatinya penuh beban. Mereka selalu dijerat oleh empat hal yang
menghimpit dirinya, sehingga kebahagiaan jauh dari yang diharapkan.
a. Terlalu
Menyesali Masa Lalu, Masa lalu memang sulit dilupakan, terutama
masa masa sulit dan gejolak dalam mengarungi kehidupan. Sering kita temui
manusia yang trauma, melihat kematian, kecelakaan, darah,
kebakaran, rumah sakit, tranportasi udara, banjir
serta kejadian luar biasa lainnya.
Kejadian masa lalu itu membelenggu dirinya, sehingga membatasi gerak
hubungan sesama manusia dan apalagi dengan Khalik.
b. Terrlalu mengkhawatirkan masa datang,
Sepasang keluarga muda yang baru menikah, terlihat tidak bahagia,
tercermin dari raut muka dan kegelisahan. Pada hal mereka seharusnya menikmati.
Ternyata dalam pembicaraan kedua pasangan penganten baru ini, muncul sejumlah
hal yang membebani, Bagaimana nanti kalau hamil?. Pra sekolah
buat anak dimana? Kontrakan rumah hampir habis, duit belum
ada, Kalau orang tua datang dimana tidur. Kekawatiran berlebihan ,
datang beruntun hingga menghimpit sanubari, pikiran dan seluruh kehidupan dan
penghidupannya.
c. Tidak mau
memaafkan kesalahan orang lain. Kesalahan orang lain, baik tetangga, teman kantor ataupun keluarga,
selalu ingat. Malahan sewaktu tidurpun
menjadi mimpi. Padahal orang-orang tersebut, tidak memikirkan nya, tidur
nyenyak dan tanpa masalah. Enjoy dengan kehidupannya.
d. Terlalu
banyak mendengarkan orang lain. Baik kritik maupun masukan, sehingga
menggoyang findasi pedapat dan sikap yang sudah tepat. Ingatkah kisah keledai
dan bapak dan anak?
Kunci
Bahagia
a. Iman Kepada Allah
Kita sadari
bahwa kadar iman itu, turun dan naik. Menjaga
Iman itu agar stabil dan semakin berkualitas
tidak mudah, namun bisa.
Artinya: “Sesungguhnya orang2 yang mengatakan “Tuhan kami ialah Allah”
kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat akan turun kepada
mereka (dengan mengatakan): “Janganlah kamu merasa takut dan janganlah kamu
merasa sedih…………..Kamilah pelindung-pelindung mu dalam kehidupan dunia dan
akherat ……(QS.41 :30-31).
Artinya: “Dialah yang telah menurunkan ketenangan kedalam hati
orang-orang beriman, supaya keimanan mereka bertambah disamping keimanan mereka
(yang telah ada). Dan kepunyaan Allahlah tentara langit dan bumi dan adalah
Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana(Qs.48:4)
b.
Dzikir Kepada
Allah
Berapa lama waktu yang dialokasikan berdialog dan
curhat dengan Allah? Tentu tidaklah
cukup hanya dengan 17 rakaat dalam dua puluh empat jam. Upayakan untuk
memanfaatkan peluang untuk selalu berdzikir
sesuai dengan tauladan yang di perlihatkan kepada ummatnya.
“(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka
manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah
hati menjadi tenteram. (QS 13:28)
c. Bersyukurlah Setiap Saat
Sebuah
kelaziman bahwa syukur selalu berkonotasi pada hal-hal yang positif bagi
hambanya Nya. Baik itu berupa kelahiran seorang anak, pernikahan, kenaikan
jabatan, perolehan bonus bulanan, rumah baru dan banyak lagi. Namun jarang kita
sadari, ujian yang diberikan oleh Allah, juga harus disertai syukur.
Seperti kondisi yang sakit dan tidak memungkinkan menjalankan aktifitas rutin,
jarang disyukuri. Pada hal dengan ujian itu, Allah memberikan kesempatan buat
hamba Nya untuk merenung, membekali diri dengan telaah Al Quran, Hadist dan
bisa juga menjabarkan pengalaman selama ini dalam tulisan.
Artinya: “Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan.
"Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (ni'mat)
kepadamu dan jika kamu mengingkari (ni'mat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku
sangat pedih" (QS 14:7)
d. Bahagiakan Orang Lain
“…Manusia
yang paling dicintai Allah adalah yang paling bermanfaat bagi manusia dan
pekerjaan yang paling dicintai Allah adalah menggembirakan seorang Muslim, atau
menjauhkan kesusahan darinya, atau membayarkan hutangnya, atau menghilangkan
laparnya. Sungguh aku berjalan bersama saudaraku yang Muslim untuk sebuah
keperluan lebih aku cintai daripada beri’ktikaf di masjid ini (masjid Nabawi)
selama sebulan…” (HR. Thabrani di dalam al-Mu’jam al-Kabir, no. 13646).
Saya ingat
Siswadi, mantan anak jalanan yang telah menjadi Direktur LPPB
Solusi di Jakarta. Ia berasal dari
Purwodadi. Sejak umur 11 tahun menjadi anak jalanan di berbagai tempat di
Jakarta. Namun tetap sekolah dengan nilai yang sangat baik. Siswadi juga pernah
ditangkap karena mabuk, berkelahi dan razia saat dijalanan. Dia bilang, “Kalau mau sukses, sukses kan orang lain. Kalau ingin bahagia, bahagiakan
orang lain”. Dia mensukseskan orang lain
melalui bimbingan belajar dan pembekalan ketrampilan produktif, yang
tertuang dalam sebuah
buku, “Kisah Nyata, Sukses Anak
Jalanan Pertama Yang Menjadi Presiden Direktur”.
Bagaimana
dengan Anda
Saatnya melakukan evaluasi apakah
keempat beban pikiran dan psikologis itu menghinggapi diri dan keluarga. Lakukan introspeksi secara individual dan
juga dalam sebuah keluarga. Tiada jalan lain, kecuali menghilangkan jauh-jauh.
Yang perlu diingat sebetulnya adalah kebaikan orang lain
pada kita, bukan kesalahannya.
Mulailah mmperkuat iman, selalu
kontak dengan Allah melalui zikir, mensyukuri nikmat yang diberikan Allah yang
tiada batas serta sering membahagiakan orang lain (Dikembangkan dari Tausiah
Ustad H. Rachmat Abu Bakar, di Balai Silaturrahhmi, Perumahan SPS Puri Juli 2014, Indah, Jakarta Barat, H.
Muchtar Bahar).
Tanya Jawab ADAT MINANGKABAU
Gelora Kehidupan, Ir Januar Muin
Jernih Melihat, Cermat Mencatat.
Menggugat Minangkabau
Kamis, 29 Januari 2015
Proposal Penerbitan Buku ”MUSTIKA ADAT ALAM MINANGKABAU”
1. Latar Belakang
Nama besar orang Minang, yang
selama ini selalu mewarnai pentas nasional,
kini hanya tinggal kenangan. Hal tersebut disebabkan oleh karena terjadi degradasi
kepemimpinan orang Minang, mulai dari tingkat lokal hingga nasional. Hal tersebut
sangat disayangkan, karena tidak ada upaya generasi muda Sumatera Barat untuk membangun
kebesaran seperti masa lalu, yang terjadi malah sebaliknya yakni, membangun kesadaran sejarah palsu.
Kondisi itu diperparah lagi oleh kebudayaan lokal, yang tidak lagi mampu berperan sebagai benteng moral
di tengah masyarakat, makin derasnya pengaruh
negatif globalisasi, yang nyata-nyata merupakan ancaman kian memudarnya semangat tradisi lokal. Kekhawatiran itu juga muncul akibat
perkembangan informasi dan teknologi serta dampak globalisasi yang bila tidak
diluruskan maka diyakini generasi mendatang tidak lagi mengenal
sendi-sendi budaya Minangkabau.
Filosofis yang terkandung dalam bait-bait di atas, apabila dikaji secara
seksama sangatlah dalam
maknanya. Dan makna tersebut juga yang mendorong penerbitan buku yang
berjudul "Mustika Adat Alam Minangkabau" ini. Karena setidaknya kehadiran buku ini diharapkan akan dapat menjawab sebagian persoalan itu.
Semua itu juga tidak lepas dari kegundahan
serta kekhawatiran akan kehilangan, jika adat tergilas serta syarak
yang tidak kunjung bangkit lagi. Maka disinilah titik persoalan dimulai, karena
Minangkabau akan bertukar tuan, dimana adat hanya akan dijadikan barang
pajangan, terkunci dalam musium.
2.Tujuan
Melalui buku ini diharapkan akan
menjadi salah satu upaya untuk mencapai tujuan seperti;
- Menggali kembali nilai-nilai budaya Minangkabau sebagai bagian untuk menyelamatkan peninggalan budaya dari nenek moyang kita.
- Memberikan kontribusi pemikiran Adat Alam Minangkabau, yang akan menjadi salah satu acuan bagi generasi penerus kedepan, di kampung dan rantau.
- Sosialisasi kepada masyarakat dalam menyikapi setiap perubahan budaya ditengah hegemoni budaya Barat, proteksi dan “paga” komunitas Minangkabau
- Mendokumentasikan gagasan-gagasan yang konstruktif yang berwawasan jauh kedepan untuk melestarikan budaya yang menjadi ciri khas Minangkabau, dari suku bangsa yang ada di negeri ini.
Isi buku ini terbagi delapan; “Nan
Tasirek”, “Urang Sumando”, “Nasihat dan
Asal Usul”, “Tujuah Kalarasan”, “Tantang
Pangulu”, “Mulo Pasambahan Jo Batimbang Tando”, “Pasambahan Baralek”, dan
“Sejarah Minangkabau, dengan ukuran 16 x 19 cm dengan tebal 330 halaman. Ditulis oleh Dicki Zulkarnain St. Mantari Basa, seorang otodidak yang
memahami tentang adat Minangkabau dan piawai di berbagai acara adat dan pasambahan. Naskah
sudah lebih 10 tahun ditulis di edit oleh H. Albazar M Arif St Suleman, H.
Farhan Muin Dt Bagindo dan H.Muchtar Bahar St Sari Endah
3. Rencana
Penerbitan dan Distribusi
Buku ini akan dicetak sebanyak 2000 buku dengan penyebaran;
1.
1.000 buku (50 %), dikirim secara gratis kepada perpustakaan sekolah,
perpustakaan perguruan tinggi, perpustakaan Nagari, Perpustakaan Masyarakat,
Pusat Kegiatan Masyarakat di Ranah Minang dan di Rantau.
2. 600 buku (30 %) akan diserahkan kepada sponsor penyandang dana
3. 400 buku (20 %) dijual secara terbatas, dengan harga 40.000./buku, digunakan bagi penerbitan
lanjutan.
4. Rencana Biaya
4. Rencana Biaya
1. Pengetikan & Edit Rp. 1. 250.000
2. Disain & Lay out Rp. 500.000
3. Pembuatan dummy Rp. 500.000
4. Honor Penulis Rp. 4. 000.000
5. Cetak 2000 buku Rp.20.000.000
6. Pengiriman Rp. 1.000.000
------------------------
Jumlah Rp.27.250.000
Dari jumlah tersebut sudah dihimpun dari Pengurus YPMUI dan BMS Foundation Rp. 2.250.000.
Keperluan dana yang diharapkan dari donatur Rp. 25.000.000. (2.000 buku)
Jika dicetak 1000 buku, biaya yang diperlukan Rp.16.000.000.
5. Apresiasi Bagi Donatur
Kepada donatur akan diberikan apresiasi seperti:
a. Buku untuk dibagikan kepada jaringan nya masing-masing (30% dari jumlah cetak)
b. Informasi tentang donatur (organisasi) akan dimuat di bagian halaman Penulis, Editor & Penerbit
c. Donatur r Perusahaan akan dimuat dalam lembar khusus, yaitu di “pembatas” tiap bagian.
d. Diberikan buku terbitan pertama YPMUI, “Mambangkik Batang Tarandam, Minangkabau di Tapi Jurang”
d. Harapan dan doa agar buku memberikan manfaat dan menjadi pahala yang akan mengalir pada nya dengan abadi
.
6. Penerbit
YAYASAN PEMBANGUNAN MASYARAKAT UTAMA INDONESIA bersama dengan YAYASAN BINA MASYARAKAT SEJAHTERA Perumahan SPS D4 No.3, Kembangan Selatan, Jakarta Barat, 11610. Kontak lanjutan dengan H. Muchtar Bahar, HP 08114249 ( BMS Foundation) dan YPMUI, H Farhan Muin Dt Bagindo, HP.081484422254. Email: muchtar_bahar@yahoo.com. Facebook@ikbalammsumbarjaya
Selasa, 20 Januari 2015
Pewarisan Harato Pusako Tinggi & Harato Pencaharian Minangkabau
Buku ini (172 halaman, 16x24 cm) diterbitkan oleh PT. Mutiara Sumber Wydia, tahun 2008 ditulis oleh Amir M. S, Cetakan petama tahun 2003 dan cetakan kedua tahun 2008.
Agama Islam menentukan warisan harta diturunkan kepada anak. Kenapa adat masih bertahan mewariskan harta kepada kemenakan? Dimana letaknya Adat Basandi syarak-syarak basandi Kitabullah? Agama Islam memperbolehkan mengawini wanita diluar saudara kandung dan saudara sesuku?
Pertanyaan-pertanyaan
semacam ini yang akhirnya berujung pada pertanyaan yang bernada sarkatis yang
berbunyi: “apakah adat Minangkabau masih applicable (terpakai) seperti yang
muncul dalam internet pada gantino@indo.net.id
tertanggal 26 Maret 2001”.
Ketentuan adat
Minangkabau tentang kepemilikan Harta Pusaka Tinggi adalah sebagai berikut: a. Tajua indak dimakan
bali
dan b. Tasando indak dimakan gadai.
Ketentuan adat
yang semacam ini mempunyai makna yang sangat positif bagi hidup dan kehidupan
orang Minang. Tanah Pusaka Tinggi yang tidak boleh diperjual belikan ini
menjadikan setiap orang Minang mempunyai kekayaan abadi dalam bentuk Tanah
Pusaka Tinggi yang dapat dimanfaatkan sebagai landasan kehidupan ekonomisnya
sepanjang hayat. Semiskin miskinnya orang Minangkabau, tanah satompok tetap
punya. Pada dasarnya orang Minangkabau takkan mungkin tidur di kolong langit,
Dia akan selalu punya surau atau rumah gadang untuk berteduh.
Namun bagaimana
dengan kebutuhan tanah untuk pembangunan Pemerintah dan para investor atau
pengusaha. Kendatipun mereka kaya raya dengan uang, mana mungkin mereka akan
dapat membeli tanak pusaka tinggi Minangkabau untuk keperluan prasarana umum,
fasilitas sosial serta untuk keperluan industry, perkebunan dan kegiatan
ekonomi lainnya.
Kesimpulan
mereka itu, Hukum Tanah Pusaka Tinggi Minangkabau yang tidak boleh dijual ini
menjadi kendala bagi proyek pembangunan, dan bagi aktifitas ekonomi modern
lainnya.
Andaikata
pemerintah mampu mengundang investor lokal maupun asing untuk datang ke Sumatera Barat misalnya untuk mendirikan hotel mewah,
supermarket dan Hypermarket nan megah, mana mungkin mereka merealisasikan
gagasan-gagasannya bila tidak mungkin membeli tanah-tanah di Minangkabau.
Sesempit itukah
hukum adat Minangkabau tentang Tanah Pusaka Tinggi. Adalah kewajiban kita
bersama, orang Minangkabau, untuk mencari jawaban diatas pertanyaan-pertanyaan
yang sangat pessimistis ini. Salah satu bab dari buku ini mencoba mengajukan
suatu wacana untuk mencari solusinya. Semoga wacana ini akan ditingkatkan oleh
yang berwenang menjadi suatu kebijakan yang menetramkan semua pihak.
lahir di Kubang, 11 Mei
1932, Kecamatan Guguk Kabupaten Limapuluh Kota. Payakumbuh - Sumatera Barat.
Berpendidikan Sosial Ekonomi dan Politik. Berpengalaman sebagai Praktisi
Bisnis, Instruktur, Dosen Pasca Sarjana Sekolah Tinggi Manajemen. Beristri
tunggal, beranak lima, bercucu 11 pada taun 2008. Penulis buku Tonggak Tuo
Budaya Minang, Adat Minangkabau Pola dan Tujuan Hidup Orang Minang, Masyarakat
Adat Minangkabau Terancam Punah, dan buku-buku Perdagangan Internasional Ekspor
Impor
Senin, 19 Januari 2015
MERINTIS AKSI CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR)
Pengalaman Kecil
Musibah banjir 15
tahun yang lalu melanda Jabodetabek, telah membawa kerusakan berbagai sarana
dan prasarana serta penghidupan masyarakat. Desa Sukmajaya di Bekasi, salah
satu diantaranya yang mengalamai kerusakan permumahan, lingkungan, pertanian
dan usaha yang dijalankan oleh masyarakat. Ketika itu Yayasan Bina Masyarakat
Sejahtera (BMS), telah menjalankan program Pemberdayaan Keluarga Anak jalanan,
dengan dua intervensi, yakni peningkatan ekonomi keluarga dan pengembalian anak
jalanan ke sekolah. Sukmajaya merupakan areal kerja program ini.
Intervensi awal
penanggulangan akibat banjir adalah layanan kesehatan dan bantuan sembako.
Kedua intervensi ini memberikan pemahaman yang dalam tentang kebutuhan riil
mereka dan pada sisi lan diketahui sejumlah tokoh masyarakat yang “tulus”
membantu sesama. Dialog yang intensif
dengan tokoh masyarakat ini membuahkan kebutuhan untuk perbaikan perumahan yang
telah rusak. Masyarakat menentukan urutan warga yang akan memperoleh perbaikan
perumahan. Sementara BMS melakukan pendekatan kepada pihak mitra untuk ikut
membantu.
Habitat Humanity
International tertarik, dengan pendekatan perbaikan perumahan dengan pijakan
“membangun kemandirian”. Pola awal yang ditempuh, adalah penyediaan bahan
bangunan yang diperlukan dan masyarakat secara bersama membangun nya. Ini
ditempuh hanya untuk 5 unit rumah, guna meyakinkan masyarakat bahwa dengan
“gotong royong” mampu mengurangi persoalan perumahan. Penerima manfaat didorong
untuk menabung dan akumulasi tabungan ini digunakan untuk membangun unit
perumahan berikutnya.
Dana yang diperoleh
untuk membangun tiap unit rumah didapat kan dari perusahaan, sekitar Rp. 7,5
juta per unit. Perusahaan telah
memberikan komitmen untuk membantu 40 unit rumah. Dengan cara ini, jumlah rumah yang dapat dibangun
semakin banyak. Kontribusi masyarakat
dengan “gotong royong” dan kegiatan volunteer perusahaan ke lapangan,
mengurangi biaya yang diperlukan untuk tiap rumah. Pada sisi lain, mereka
semakin erat kebersamaan dalam menyelesaikan
persoalan di sekitar mereka.
Contoh kedua adalah
penguatan Sanggar Belajar Anak di daerah Pedongkelan, Pulo Gadung, Jakarta
Timur. Dengan dukungan ILO, BMS telah
melaksanakan program pengurangan anak jalanan, melalui penguatan kapasitas
orang tua dan bimbingan pada anak jalanan. Penguatan kapasitas orang tua
ditempuh melalui penyadaran tentang hak anak dalam pendidikan dan pembekalan
ketrampilan produktif bagi tambahan pendapatan keluarga. Program bagi anak anak
adalah motivasi kembali ke sekolah, persiapan untuk mengikuti ujian kesetaraan
paket A, B dan C. Bagi anak anak dengan usia 15
tahun keatas, diberikan pembekalan ketrampilan sesuai dengan minatnya.
Pada giliran berikutnya adalah memberikan pembelajaran bagi mereka untuk
merintis usaha dengan dukungan dana dari program.
Sangar Belajar Anak,
sebuah sarana penting. Disini anak-anak diajak ketemu secara reguler, belajar,
ngaji dan membicarakan hambatan nya, termasuk menyegarkan motivasinya. Di
tempat ini juga ajang berlangsungnya pertemuan orang tua, membekali dengan
kepercayaan diri, semangat dan pembekalan ketrampilan. Kegiatan di sanggar ini dikomunikasikan
dengan media. Media TV memberikan dukungan perbaikan sarana, sementara kunjungan
Menteri Pendidikan ke lokasi, menambah semangat anak dan keluarga untuk
berubah. Dukungan lanjutan bagi sanggar ini berdatangan.
Concern Perusahaan
Perusahaah yang ikut
serta dalam kedua contoh diatas, dapat
disebut sebuah kepedulian. Sehingga dapat dimaknai bahwa CSR adalah sebagai bentuk kegiatan untuk
meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat melalui peningkatan kemampuan
manusia sebagai individu untuk beradaptasi dengan keadaan sosial yang ada,
menikmati, memanfaatkan, dan memelihara lingkungan hidup yang ada. CSR
merupakan salah satu wujud partisipapsi dunia usaha dalam pembangunan
berkelanjutan untuk mengembangkan program kepedulian perusahaan kepada
masyarakat sekitar melalui penciptaan dan pemeliharaan keseimbangan antara
mencetak keuntungan, fungsi-fungsi sosial, dan pemeliharaan lingkungan hidup.
Dengan perkataan lain, CSR dikembangkan dengan koridor Tri Bottom Line yang
mencakup sosial, ekonomi, dan lingkungan.
Ketiga aspek itu
akan menjadi pilihan perusahaan.
Pertanyaan yang muncul adalah
dimana prioritas perhatian dan pertanyaan selanjutnya pada area mana
akan memulai. Area rintisan untuk memulai
dapat mempertimbangkan, radius
kerja perusahaan dengan produk yang dihasilkan (bila produk/jasa) tersebut
menyangkut konsumen yang lebih umum atau
keikut sertaan dalam penanganan isyu nasional (kesehatan, lingkungan dll).
Paling tidak
perusahaan harus menetapkan pilihannya, seperti:
1. Community and Broader Society. Mayoritas perusahaan
memiliki aktivitas dalam area ini, salah satunya adalah melalui pemberdayaan
masyarakat yang intinya adalah bagaimana individu, kelompok atau komunitas
berusaha mengontrol kehidupan mereka sendiri dan mengusahakan untuk membentuk
masa depan sesuai dengan keinginan mereka. Implementasi pemberdayaan masyarakat
melalui:
·
proyek-proyek
pembangunan yang memungkinkan anggota masyarakat memperoleh dukungan dalam memenuhi kebutuhan.
·
kampanye dan aksi
sosial yang memungkinkan kebutuhan-kebutuhan tersebut dapat dipenuhi oleh
pihak-pihak lain yang bertanggung jawab.
2. Environtment Programs. Program yang berkaitan dengan
pemeliharaan lingkungan misalnya dengan menghasilkan produk yang aman, tidak
berbahaya bagi kesehatan, dan ramah lingkungan; membuat sumur resapan; dan
penyaluran limbah dengan baik.
3. Ikut menyumbang untuk kegiatan yang sifat nya
“musibah”, gempa, banjir, dan persoalan
lan yang bersifat parsial dan insidental
Tahapan
Pengembangan CSR
memerlukan tahapan yang runtun. Tahap pertama, dimulai dengan upaya melihat dan
menilai kebutuhan masyarakat dengan cara mengidentifikasi masalah yang terjadi
dan mencari solusi yang tepat. Tahap kedua, perlu dibuat rencana aksi beserta
anggaran, jadwal, indikator evaluasi, dan sumber daya yang diperlukan bagi
perusahaan. Tahap ketiga, melakukan monitoring kegiatan melalui kunjungan
langsung atau melalui survey. Tahap keempat, melakukan evaluasi secara regular
dan melakukan pelaporan untuk dijadikan panduan strategi dan pengembangan
program selanjutnya. Evaluasi dilakukan pula dengan membandingkan hasil
evaluasi dari internal perusahaan dan eksternal perusahaan, khususnya
masyarakat itu sendiri.
Ketiga tahapan itu,
dengan keterbatasan perusahaan, dapat dilakukan dengan mengajak “mitra yang
berpengalaman”. Sehingga kepedulian tidak menjadi bumerang, menjadikan
masyarakat sebagai penadah bantuan.
Berikan kail, jangan
berikan ikan, tidaklah cukup. Pengalaman berbagai program CSR dan juga pemerinah yang memberikan kail dan umpan plus
pembekalan, ternyata berakibat fatal. Umumnya kail dan umpan yang diterima, dalam
beberapa hari, telah ditukar dengan uang. Atau kail dan umpan, yang diterima
mereka ‘tidur-kan” bertumpuk di sudut rumah, tanpa dimanfaat kan. Hanya
sebagian masyarakat yang mendayagunakan kail dengan umpan nya sebagai “tool” untuk memperbaiki diri dan
keluarga.
Kiat Kunci
Berpijak pada
pengalaman lapangan dan keberhasilan CSR, patut dilihat beberapa kiat kunci
sebelum memulai kiprah perusahaan melalui CSR;
· Kesamaan
pandangan perusahaan dalam konsep CSR dan implementasinya. Jangan sampai
terjadi CEO perusahaan dengan kepedulian nya terlalu baik hati, sehingga muncul
ungkapan yang kurang mendukung di lapangan, seperti obral “janji” ,
sehingga “keswadayaan” dan
“keberlanjutan” kepedulian terabaikan.
· Penentuan titik
mulai, baik aspek perhatian ataupun lokasi, sebuah persiapan yang cukup rumit.
Tidak hanya kepentingan perusahaan, kebijakan Pemerintah dan kepentingan
“politik” akan muncul. Pemahaman aspek yang akan digeluti di lokasi yang
ditentukan, akan menjadi kunci keberhasilan atau kegagalan program CSR.
· Berbagai program
CSR yang berhasil adalah karena kejelian dalam poin kedua diatas. Lebih panting
lagi, memulai dengan kegiatan skala kecil, akan mengurangi resiko adanya
ketergantungan masyarakat pada perusahaan. Kegiatan kecil yang berhasil, dapat
bergulir dengan kegiatan lain, pengembangan yang telah ada atau krgiatan baru.
· Intervensi
financial dengan non financial yang proporsional. Dukungan pendanaan atau
penyediaan fasilitas yang diberikan selalu disertai dengan penyadaran dan
pembekalan kemampuan manajerial. Penyadaran dan pembekalan lebih intensif
diawal program dan selanjutnya sesuai dengan kebutuhan setiap tahap pelaksanaan
program itu sendiri.
·
Demikian banyak
program yang beriorientasi pada masyarakat kecil dari pemerintah dan juga
perusahaan. Upaya untuk mengaitkan kepedulian perusahaan, terhadap ”on going program”, memerlukan telaah yang
dalam dan hati-hati. Terutama tentang pemetaan intervensi dan sumber nya, pada
bahagian mana perusahaan berperan dengan CSR nya.
·
Penemuan
“relawan” dengan hati luhur di tengah masyarakat tidak mudah. Kader “relawan”
akan terseleksi dalam proses pembekalan pada mereka, keikut sertaan dalam
proses dan peran-peran yang “nir” muatan kepentingan, baik “politik,
kepentingan atau atas nama wong cilik”, dll
· Dukungan perusahaan
dalam keempat tahapan (identifikasi kebutuhan, perencanaan, pengaggaran dan
monev) memerlukan “perpanjangan tangan”, yakni para pemberdaya masyarakat yang
berpengalaman. Pemberdaya masyarakat
menjadi fasilitator program yang independen, ke masyarakat dengan “kemasan
kemandirian” ke perusahaan “kritisi kebijakan”.
Kepada pemerintah dan mitra lain akan berperan sebagai “connecting”.
Alternatif
Dengan kiat kunci itu, beberapa pilihan program dapat menjadi agenda
perusahaan untuk dikaji ulang lebih jauh untuk diperioritaskan melalui
rangkaian kunjungan, dialog dengan masyarakat, relawan serta mitra, seperti:
- Pengembangan embrio dari arisan kakus, arisan rumah yang berlangsung
- Peningkatan embrio “arisan”, tabungan sosial”, menjadi sebuah Lembaga Keuangan Masyarakat
- Pengembangan inisiatif lokal dalam pembibitan tanaman, budidaya perikanan dan kreasi tekhnologi tepat guna.
- Penataan lingkungan (air, jalan setapak, irigasi, sampah) dengan basis budaya setempat yang dapat diperkuat.
- Pengembangan Lembaga Pendidikan Khusus, untuk dhuafa, penddidikan dasar, integrasi budaya dll,
- Pengembangan usaha kecil menengah dengan potensi sumber alam setempat
BAHASA MINANG POPULER (Minang Taseba)
Penulisan buku ini dilatar belakangi oleh tiga alasan. Pertama, para generasi muda terutama yang dirantau yang enggan ikut aktif dalam peguyuban dan pertemuan yang menggunakan bahasa Minang. Ketika ditanyakan, alasannya sederhana, “kami ingin ikut, tapi kami tidak mengerti yang dibicarakan dalam pertemuan itu”.
Realitas dalam kehidupan sehari hari, pada umumnya keluarga perantau jarang menggunakan Bahasa
Minang dalam komunikasi sehari hari. Prof. Drs. H Satni Eka Putra, Kepala Dinas Pendidikan Provinsi
Sumatra Barat menekankan bahwa “Bahaso Manunjuakkan Bangso”
dengan bahasa yang jelas identitasnya dengan tutur bahasa yang sopan dan santun
akan menggambarkan identitas dan kepribadian orang itu. Dengan kata lain kalau
kita telah “melupakan” bahasa kita sendiri berarti kita kehilangan identitas
kita, jati diri kita.
Alasan kedua adalah dorongan untuk memberikan fasilitas bagi masyarakat Indonesia dan juga warga asing untuk mempelajari bahasa Minang. Dengan adanya buku “Bahasa Minang Populer” ini, proses mempelajari bahasa Minang lebih mudah. Karena tempat khusus untuk mempelajari Bahasa Minang, hanya di Perguruan Tinggi. Malahan Dr. Fasli Jalal. Ph.D ketika itu menjabat sebagai Direktur Jendral Pendidikan Luar Sekolah dan Pemuda”. Para penulis tidak banyak yang berminat untuk berkarya dalam bahasa Minangkabau. Disamping minat baca bahasa Minangkabau khususnya di Ranah Minang amat rendah. Hal ini dibuktikan dengan semakin sulitnya kita menemukan buku-buku berbahasa daerah Minangkabau di Ranah Minang, apalagi diluar daerah Ranah Minang. Hal ini sejalan dengan hasil “Mupakat Bandung pada point 3”
Alasan berikutnya adalah membantu siswa dalam memahami Bahasa Minang dalam jenjang
pendidikan formal, dasar dan menengah. Kalau anak-anak dirantau tinggal di
Bekasi, maka ada muatan lokal mata pelajaran bahasa Sunda demikian juga
anak-anak yang belajar di Jawa Tengah akan mempelajari Bahasa Jawa, begitu pula
didaerah lain di tanah air Indonesia tercinta.
Buku ini terdiri dari Sembilan Bab yaitu Bab I, Pendahuluan, Bab II, Bahasa Minangkabau serta hubungan dengan Bahasa Indonesia, dan Bab III adalah tentang Perbandingan kosa kata dalam bahasa Minangkabau dengan kosa kata dalam bahasa Indonesia. Isi Bab IV, Pronomina dan Kata Sapaan, Bab V, Pemahaman kelas Bahasa Indonesia, Bab VI, Imbuhan dan Bab VII, Pembentukan Kalimat. Pada bagian akhir dilampirkan Daftar Pustaka, Daftar Istilah, Lumbuang Kato, Kunci Jawaban dan Biodata Penulis.
Buku ini terdiri dari Sembilan Bab yaitu Bab I, Pendahuluan, Bab II, Bahasa Minangkabau serta hubungan dengan Bahasa Indonesia, dan Bab III adalah tentang Perbandingan kosa kata dalam bahasa Minangkabau dengan kosa kata dalam bahasa Indonesia. Isi Bab IV, Pronomina dan Kata Sapaan, Bab V, Pemahaman kelas Bahasa Indonesia, Bab VI, Imbuhan dan Bab VII, Pembentukan Kalimat. Pada bagian akhir dilampirkan Daftar Pustaka, Daftar Istilah, Lumbuang Kato, Kunci Jawaban dan Biodata Penulis.
Buku ini menarik dan penting bagi
remaja anak rantau dan di kampung halaman serta etnik lain dan warga asing yang
ingin mendalami bahasa Minangkabau.
Minggu, 18 Januari 2015
BELAJAR DARI KELEDAI
Suatu hari,
keledai milik seorang petani jatuh ke dalam sumur. Hewan itu menangis dengan
memilukan selama berjam-jam, sementara si petani memikirkan apa yang harus
dilakukannya.
Akhirnya, si
petani memutuskan bahwa hewan itu sudah tua dan sumur juga perlu ditimbun, ditutup
karena berbahaya, jadi tidak berguna untuk menolong si keledai. Ia
mengajak tetangga-tetangganya untuk datang
membantunya. Mereka membawa sekop dan mulai menyekop tanah ke dalam sumur.
Pada mulanya,
ketika si keledai menyadari apa yang sedang terjadi, ia menangis penuh kengerian. Tetapi kemudian,
semua orang takjub, karena si keledai menjadi diam. Setelah beberapa sekop
tanah lagi dituangkan ke dalam sumur, si petani melihat ke dalam sumur dan
tercengang dengan apa yang dilihatnya. Walaupun punggungnya terus ditimpa oleh
bersekop-sekop tanah dan kotoran, si
keledai melakukan sesuatu yang menakjubkan. Ia mengguncang-guncangkan
badannya agar tanah yang menimpa punggungnya turun ke bawah, lalu menaiki tanah
itu.
Sementara para
tetangga petani terus menuangkan tanah kotor ke atas punggung hewan itu, si
keledai terus juga mengguncangkan badannya dan melangkah naik. Segera saja,
semua orang terpesona ketika si keledai meloncati tepi sumur dan melarikan
diri.
Kehidupan terus
saja menuangkan tanah dan kotoran kepadamu, segala macam tanah dan kotoran.
Cara untuk keluar dari “sumur” (kesedihan, masalah, dsb) adalah dengan mengguncangkan segala tanah dan kotoran dari
diri kita(pikiran dan hati kita) dan
melangkah naik ke tepi “sumur” dengan menggunakan hal-hal tersebut sebagai
pijakan.
Setiap
masalah-masalah kita merupakan satu batu pijakan untuk melangkah. Kita dapat
keluar dari 'sumur' yang terdalam dengan terus berjuang, jangan pernah
menyerah! Guncangkanlah hal negatif yang menimpa dan melangkahlah naik, ingatlah
aturan sederhana tentang kebahagiaan;
o Bebaskan
dirimu dari kebencian
o Bebaskanlah
pikiranmu dari kecemasan
o Hiduplah
sederhana
o Berilah
lebih banyak
o Berharaplah
lebih sedikit
o Tersenyumlah
o Miliki
teman seperti aku
Seseorang telah
mengirimkan hal ini untuk kupikirkan, maka aku meneruskannya kepada pembaca
dengan maksud yang sama.
Leon Uris,
pengarang buku terlaris '' Exodus '' pernah gagal dalam ujian Bahasa
Inggris sebanyak 3 kali semasa di
sekolah menengah. Rodin si pengukir legendaris, pernah tiga kali gagal
masuk sekolah seni. Prestasi Isaac Newton amat lemah ketika di sekolah dasar.
Leo Tolstoy, penggarang buku; ''War and
Peace'' pernah di keluarkan dari akademi. Guru Thomas Edison pernah mengatakan
bahwa Thomas terlalu bodoh untuk belajar sesuatu. Walt Disney pernah di pecat
oleh seorang redaktur surat kabar karena kekurangan ide. (H. Muchtar Bahar, kiriman Hairin Nur, Kompak P2KP, 15 Desember 2004, Dari Buku Menjadi Hamba Yang Peduli, H.Albazar M Arif dan H Muchtar Bahar, YPMUI 2014, halaman 57)
Langganan:
Postingan (Atom)