Kamis, 05 Februari 2015

Padang Riwayatmu Dulu


Buku keduanya adalah "Sumatera Barat Plakat Panjang" adalah buku lanjutan dari buku yang pertama yang disertai juga dengan terjemahan dari sumber-sumber Belanda yang diambil dari jurnal Belanda dan muncul dalam apendik. Kedua buku ini membuat sumber-sumber dalam bahasa Belanda yang secara bahasa dan tempat sulit terjangkau menjadi mudah terjangkau bagi para pelajar Indonesia yang berminat mempelajari Sejarah Sumatera Barat.

Buku ketiga dari Rusli Amran adalah "Sumatera Barat: Pemberontakan Anti Pajak tahun 1908" yang menjelaskan mengenai sistem tanam paksa kopi, eksploitasi kolonial pada abad ke 19 dengan penelaahan mengenai reaksi atas pajak.

Buku ke empat "Padang Riwayatmu Dulu" didedikasikan pada kota kelahirannya Padang yang ditulis masih dengan gaya informal dan berisi campuran antara arsip-arsip dan kejadian-kejadian yang bersifat pribadi pada komunitas Eropa dan Jawa. Rusli Amran juga memasukan koleksi-koleksi foto reproduksi yang mengesankan .
Buku terakhir dari Rusli Amran diterbitkan setelah beliau wafat pada tahun 1996 dalam bentuk kumpulan esai yang berjudul "Cerita Lama dalam Lembaran Sejarah". Kumpulan esai ini merupakan penemuan yang menakjubkan pada tokoh-tokoh dan momen yang tidak biasa di Sumatera Barat yang menyenangkan untuk dibaca santai.

Istri beliau selanjutnya mendirikan Yayasan Rusli Amran di Jakarta sebagai tempat belajar dan pusat dokumentasi koleksi dan arsip beliau.

Namun menurut Jeffrey Hadler, Profesor di Departmen of South and South East Asian Studies University of California Berkeley, yang lebih penting dari tulisan Rusli Amran adalah kebaikan hati beliau selama melakukan penelitian terhadap arsip-arsip tersebut dimana beliau menggandakan setiap artikel dan manuskrip yang ada mengenai Sumatera Barat yang sangat banyak jumlahnya. Rusli Amran menggandakan dokumen-dokumen tersebut dan menyimpannya dalam tiga lokasi yang berbeda di Sumatera Barat yaitu: Perpustakaan Bagian Literatur  Universitas Andalas di Limau Manis, Ruang Baca Gedung Abdullah Kamil di Padang dan Pusat Dokumentasi dan Inventori Budaya Minangkabau di Padang Panjang. Melalui usaha Rusli Amran ini pelajar yang berminat pada sejarah Sumatera Barat dapat menjangkau buku yang menyediakan gambaran yang jelasi dan tanpa pretensi mengenai masa kolonial. Terlebih lagi mereka dapat menjangkau sumber yang asli tanpa harus pergi ke Belanda maupun Jakarta.

Untuk yang terakhir ini iyo ambo terperangah. Ternyata semua dokumen itu ada di Sumatera Barat dalam bentuk fotocopian! Tidak begitu jelas apakah dokumen-dokumen itu sudah dirubah ke format digital apa tidak pada saat ini. Karena secara lazimnya, dokumen fotocopian tidak akan bertahan lama. Kalau belum, sudah saatnya para sejarawan -terutama dari Unand karena punya akses langsung- mengambil tindakan cepat untuk menyelamatkan dokumen-dokumen berharga tersebut dengan cara mendigitalisasinya.

Selanjutnya kita berharap ada penerbit yang bersedia menerbitkan kembali buku-buku karya Rusli Amran ini. Membaca buku-buku Rusli Amran dapat menimbulkan kebanggaan tersendiri terhadap identitas ke-Minang-an kita. Anda penerbit, tidak usah takut bukunya ndak laku. Paling tidak para peminat sejarah yang menjadi pembaca blog ini akan antri membeli buku anda. Ambo langsung pre-order kelimanya...hehehe...

(Sumber: goodreads.com, kyotoreview.cseas.kyoto-u.ac.jp, tempointeraktif.com)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar