Mustika Adat Alam Minangkabau
Penulis Dicki Zulkarnain St Mantari Bungsu
Editor,H Albazar Arif St Suleman, H Farhan Muin Dt Bagindo dan H Muchtar bahar St Sari Endah
Diterbitkan oleh BMS
Foundation dan YPMUI Jakarta, 2015
Saat ini, orientasi nilai budaya orang Minangkabau semakin tidak jelas. Hal ini antara lain tercermin dari tidak jelasnya posisi gender pada kekerabatan matrineal serta tidak adanya pranata budaya yang mencakup seluruh alam Minangkabau yang berfungsi secara maksimal.
Sementara itu, nama besar orang
Minang, yang selama ini selalu mewarnai pentas
nasional, kini hanya tinggal kenangan. Hal tersebut disebabkan oleh karena
terjadi degradasi kepemimpinan orang Minang, mulai
dari tingkat lokal hingga nasional. Hal tersebut sangat disayangkan,
karena tidak ada upaya
generasi muda
Sumatera Barat untuk membangun kebesaran seperti masa
lalu, yang terjadi malah sebaliknya yakni, membangun kesadaran sejarah
palsu.
Kondisi
tersebut di atas di perparah lagi oleh kebudayaan lokal, yang tidak lagi mampu berperan sebagai benteng moral di tengah
masyarakat, makin derasnya pengaruh negatif
globalisasi, yang nyata-nyata merupakan ancaman kian memudarnya semangat tradisi lokal.
Panakiak pisau sirawuik
Batungkek batang
lintabuang
Salodang ambiak ka
niru
Sa kappa jadikan
gunuang
Filosofis yang terkandung dalam
bait-bait di atas, apabila dikaji secara seksama sangatlah dalam maknanya. Dan
makna tersebut juga yang mendorong penerbitan buku yang berjudul
"Mustika Adat Alam Minangkabau" ini. Karena setidaknya kehadiran buku ini diharapkan akan dapat menjawab sebagian persoalan di atas.
Semua itu juga tidak
lepas dari kegundahan serta kekhawatiran akan kehilangan,
jika adat tergilas serta syarak yang tidak kunjung bangkit lagi. Maka disinilah titik persoalan
dimulai, karena Minangkabau akan bertukar tuan, dimana adat hanya akan dijadikan barang pajangan, terkunci dalam musium. Dari itu, jadikan masa lalu sebagai pelajaran yang bisa dipetik untuk kemajuan masa sekarang dan akan datang.
Dalam rangka
itulah buku ini diterbitkan yang
bermuara kepada tujuan:
·
Menggali kembali
nilai-nilai budaya Minangkabau untuk menyelamatkan peninggalan budaya dari nenek moyang kita.
·
Memberikan kontribusi
pemikiran yang bersumber dari Adat Alam Minangkabau. Dari
situ diharapkan buku ini menjadi salah satu acuan bagi generasi penerus
kedepan.
·
Sosialisasi budaya
kepada masyarakat dalam menyikapi setiap perubahan budaya
ditengah hegemoni budaya Barat.
·
Mendokumentasikan
gagasan-gagasan yang konstruktif yang berwawasan jauh kedepan untuk melestarikan budaya yang menjadi ciri khas dari suku bangsa yang ada di negeri ini.
Mandaki bukik ka
panasan
Manurun ngarai si anok
Ta tumbuak di
parantian
Di tapi tumbuah rimbo
lalang
Di susun gurindam di
ambahkan
Antah buruak antah mo
elok
Hutang di ambo manyampaikan
Tujuan baiak nan kito hadang
Cakupan
isi buku ini terdiri dari delapan bahagian yakni; Bagian Pertamo “Nan Tasirek”,
Bagian Kaduo “Urang Sumando”, Bagian Ketigo “Nasihat dan Asal Usul”, Bagian
Kaampek “Tujuah Kalarasan”, Bagian Kalimo “Tantang Pangulu”, Bagian Kaanam
“Mulo Pasambahan dan Batimbang Tando”, Bagian Katujuah “Pasambahan
Baralek”, dan bahagian terakhir yakni Bagian Salapan adalah “Sejarah Minangkabau”.
Tentu saja dalam buku ini ditemukan sejumlah kekurangan
dan kejanggalan. Untuk itu kami harapkan saran dan masukkan dari seluruh
masyarakat Minangkabau dan masyarakat
pembaca.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar