Rabu, 18 Februari 2015

Mutiara Adat Alam Minangkabau













Mustika Adat Alam Minangkabau
Penulis Dicki Zulkarnain St Mantari Bungsu
Editor,H Albazar Arif St Suleman, H Farhan Muin Dt Bagindo dan H Muchtar bahar St Sari Endah

Diterbitkan oleh BMS 
Foundation dan YPMUI Jakarta, 2015
xxiv/345 halaman


Saat ini, orientasi nilai budaya orang Minangkabau semakin tidak jelas. Hal ini antara lain tercermin dari tidak jelasnya posisi gender pada kekerabatan matrineal serta tidak adanya pranata budaya yang mencakup seluruh alam Minangkabau yang berfungsi secara maksimal.

Sementara itu, nama besar orang Minang, yang selama ini selalu mewarnai pentas nasional,  kini hanya tinggal kenangan. Hal tersebut disebabkan oleh karena terjadi degradasi kepemimpinan orang Minang, mulai dari tingkat lokal hingga nasional. Hal tersebut sangat disayangkan, karena tidak ada upaya  generasi muda Sumatera Barat untuk membangun kebesaran seperti masa lalu, yang terjadi malah sebaliknya yakni, membangun kesadaran sejarah palsu.

Kondisi tersebut di atas di perparah lagi oleh kebudayaan lokal, yang tidak lagi mampu berperan sebagai benteng moral di tengah masyarakat, makin derasnya pengaruh negatif globalisasi, yang nyata-nyata merupakan ancaman kian memudarnya semangat tradisi lokal.

Kekhawatiran itu juga muncul akibat perkembangan informasi dan teknologi serta dampak globalisasi yang bila tidak diluruskan maka diyakini generasi mendatang tidak lagi mengenal sendi-sendi budaya Minangkabau.Tradisi-tradisi seni budaya yang berbudi luhur setidaknya diharapkan dapat mengangkat harkat dan martabat, sehingga perlu dipertahankan dan dikembangkan, karena seni ini sekaligus sebagai benteng moral untuk menghadapi berbagai pengaruh negatif dari globalisasi.

Panakiak pisau sirawuik
Batungkek batang lintabuang
Salodang ambiak ka niru
Text Box: 1!
Alam ta kambang jadikan guru
Sa titiak jadikan lawuik
Sa kappa jadikan gunuang

Filosofis yang terkandung dalam bait-bait di atas, apabila dikaji secara seksama sangatlah dalam maknanya. Dan makna tersebut juga yang mendorong penerbitan buku yang berjudul "Mustika Adat Alam Minangkabau" ini. Karena setidaknya kehadiran buku ini diharapkan akan dapat menjawab sebagian persoalan di atas.

Semua itu juga tidak lepas dari kegundahan serta kekhawatiran akan kehilangan, jika adat tergilas serta syarak yang tidak kunjung bangkit lagi. Maka disinilah titik persoalan dimulai, karena Minangkabau akan bertukar tuan, dimana adat hanya akan dijadikan barang pajangan, terkunci dalam musium. Dari itu, jadikan masa lalu sebagai pelajaran yang bisa dipetik untuk kemajuan masa sekarang dan akan datang.

Dalam rangka itulah buku ini diterbitkan yang  bermuara kepada tujuan:

·         Menggali kembali nilai-nilai budaya Minangkabau untuk menyelamatkan peninggalan budaya dari nenek moyang kita.
·         Memberikan kontribusi pemikiran yang bersumber dari Adat Alam Minangkabau. Dari situ diharapkan buku ini menjadi salah satu acuan bagi generasi penerus kedepan.
·         Sosialisasi budaya kepada masyarakat dalam menyikapi setiap perubahan budaya ditengah hegemoni budaya Barat.
·         Mendokumentasikan gagasan-gagasan yang konstruktif yang berwawasan jauh kedepan untuk melestarikan budaya yang menjadi ciri khas dari suku bangsa yang ada di negeri ini.

Mandaki bukik ka panasan
Manurun ngarai si anok
Ta tumbuak di parantian
Di tapi tumbuah rimbo lalang

Di susun gurindam di ambahkan
Antah buruak antah mo elok
Hutang di ambo manyampaikan
Tujuan baiak  nan  kito hadang

Cakupan isi buku ini terdiri dari delapan bahagian yakni; Bagian Pertamo “Nan Tasirek”, Bagian Kaduo “Urang Sumando”, Bagian Ketigo “Nasihat dan Asal Usul”, Bagian Kaampek “Tujuah Kalarasan”, Bagian Kalimo “Tantang Pangulu”, Bagian Kaanam “Mulo Pasambahan dan Batimbang Tando”, Bagian Katujuah “Pasambahan Baralek”,  dan  bahagian terakhir yakni Bagian Salapan  adalah “Sejarah Minangkabau”.

Tentu saja dalam buku ini ditemukan sejumlah kekurangan dan kejanggalan. Untuk itu kami harapkan saran dan masukkan dari seluruh masyarakat Minangkabau dan masyarakat  pembaca.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar