Selasa, 03 Februari 2015

Adat Minangkabau dan Merantau dalam Perspektif Sejarah








Judul Buku : Adat Minangkabau dan Merantau dalam Perspektif Sejarah. Judul Asli : Matriliny and Migration: Evolving Minangkabau Tradition in Indonesia. Penulis : Tsuyoshi Kato. Penerjemah : Gusti Asnan dan Akiko Iwata. Penerbit : Balai Pustaka, Jakarta, 2006. Halaman : 291 + xx

Tsuyoshi Kato, Profesor Sosiologi Komparatif, mengajar di Departemen Sosiologi dari Universitas Ryukoku di Seta, Jepang. Pernah menjadi guru besar pada Pusat Kajian Asia Tenggara dan Program Pasca Sarjana Studi Kawasan Asia-Afrika dari Universitas Kyoto. Dia sekarang adalah profesor emeritus Universitas Kyoto. Sejak menyelesaikan penelitian lapangan di Sumatera Barat pada tahun 1973, dia melanjutkan penelitiannya di Jakarta mengenai gaya hidup perantau Minangkabau di ibu kota pada awal tahun 1980-an. Sesudah pengalaman itu, dia “merantau” ke daerah Teluk Kuantan, Riau dan juga ke Negeri Sembilan untuk mempelajari perkembangan masyarakat yang, menurut cerita, yang leluhurnya adalah para peneroka yang datang dari Minangkabau pada zaman dahulu. Penelitian-penelitian ini, yang bermula pada pertangahan tahun 1980-an, masih berlangsung sampai hari ini.
Bagi orang luar, masyarakat Minangkabau menjadi sebuah teka-teki sendiri. Mereka berpegang kuat pada agama Islam, yang berciri patrilineal, tetapi sekaligus juga mematuhi sistem matrilineal. Mereka terpelajar dan berjiwa wirausaha, tetapi secara bersamaan mempertahankan tradisi yang tampaknya “kuno”. Mereka suka merantau dengan mobilitas tinggi, tetapi sekaligus tetap memelihara identitas etnis yang kuat yang berakar di tanah kelahiran. Buku yang ditulis dari hasil penelitian Kato ini mencoba menguraikan “teka-teki” tersebut dengan cara meletakan hubungan antara sistem matrileneal dan merantau dalam perspektif sejarah yang tepat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar