CONTOH-CONTOH
Sumardi,
Sumedang (40 tahun) seorang pengusaha Tahu Sumedang sejak dua tahun
yang lalu mencoba maju bersama dengan orang-orang kecil di
sekitarnya. Sebagai pengusaha tahu, setiap bulan ia membutuhkan
keranjang tempat pencucian kedelai, plastik, dan kertas. Usaha dengan
omzet hampir 20 Juta Rupiah sebulan memungkinkan dijalankan dengan
baik, karena ada orang kecil disekitarnya yang ikut andil. Keranjang
dan tempat pencucian kedelai dibuat oleh para perajin bambu di desa
dengan kehidupan dibawah garis kemiskinan. Plastik telah dipasok oleh
pedagang plastik di Sumadang, sementara penjualan dilakukan oleh para
pedagang kecil keliling di berbagai daerah baik di Sumedang, Cirebon,
Tasikmalaya dan daerah lain.
Sumardi
melakukan ini karena ia memiliki visi bahwa “maju dan untung”
akan semakin langgeng kalau dilakukan bersama-sama.
Effendi
Arsyd asli Bandung, bekas Camat di beberapa daerah di Kabupaten
Tangerang, dan saat ini sebagai Kabag pemerintahan Desa Kabupaten
Dati II Tangerang, kembali tinggal di Pamulang, Ciputat, setelah
berpindah-pindah sesuai dengan tugas yang diemban.
Kembali
tinggal di Pamulang, ia melihat aktivitas masjid di lingkungannya
tidaklah se intensif ketika ditinggalkan tujuh tahun yang lalu. Ia
melihat banyak hal dapat dilakukan untuk menggiatkan kembali kegiatan
pemberdayaan masyarakat. Ia mulai mengajak pengurus untuk melihat
kedepan dan potensi yang ada di lingkungannya. Beberapa ide mulai
dijabarkan, seperti kegiatan ekonomi jamaah melalui Baitul Maal Wat
Tamwil (BMT)
BMT Al
Inayah, dirintis dua tahun yang lalu dengan basis keluarga di
perantauan. BMT dengan layanan pengumpulan dana bersama dan membantu
bagi anggota keluarga yang memerlukan, saat ini telah diikuti 49
anggota. Tercatat dana dari anggota hampir 7 Juta Rupiah.
Dalam
dua tahun telah dapat dilayani 14 orang dengan nilai akumulasi
layanan keuangan yang mencapai 8 Juta Rupiah. Dalam periode itu, sisa
bagi hasil dari layanan keuangan mencapai 650.000. Malahan anggota
BMT masih dapat menyisihkan infaq bagi keperluan di kampung halaman,
seperti dukungan bagi guru ngaji, kegiatan desa, dan lain-lain.
KENAPA?
Tiga
contoh diatas adalah ilustrasi dari kepeduliah=n hamba Allah pada
sesamanya. Akan banyak sekali deretan contoh nyata bagaimana seorang
hamba Allah membagi waktu, pengalaman, ilmu, tenaga, dan bahkan
sebagian rezeki ilahi kepada sesamanya. Barangkali inilah yang sering
disebut dengan Da'wah Bil Hal. Mari kita lihat sebetulnya apa yang
menjadi pendorongnya. Pling kurang ada tiga faktor utama.
Pertama, Visi
terhadap kehidupan dan penghidupan yang dijalankan. Keinginan menjadi
orang yang bermanfaat pada sekitarnya. Kedua, Keikhlasan
untuk menindaklanjuti visi itu secara nyata. Bukan dilakukan oleh
orang lain tetapi diri pribadi secara langsung. Ketiga,
Persoalan kemasyarakatan
disekitar baik sosial, kelembagaan, ekonomi ataupun ubudiah yang
dilihat sebagai hal yang serius. Bukan bagian dari kehidupan kota
yang lazim semata.
PERANTAU
Banyak
hal telah dilakukan oleh para perantau di sekitar pemukimannya, dalam
lingkungan usaha, dalam lingkungan kerja, dalam lingkungan
kekerabatan, dan di kampung halaman. Banyak juga dilakukan dalam
bentuk “charity”.
Apakah
dalam periode nanti akan berlanjut? Insya 'Allah demikian. Namun
mungkin dapat ditempuh metode, bentuk dan proses yang lebih tepat.
Dalam konteks ini mari ita simak empat dimensi, Kekuatan, Kelemahan,
Peluang, Ancaman (KEKEPAN)
Kekuatan, Wawasan
lebih luas, pengalaman lebih panjang, hubungan/jaringan kerja &
usaha, tingkat pendapatan diatas rata-rata, kepedulian pada sesama,
asset komunikasi, ragam profesi yang bervariatif, pijakan keberagaman
diatas rata-rata
Kelemahan, Perhatian
dalam bentuk charity, komunikasi antar sesama renggang, belum ada
wadah menyeluruh, terpisah-pisah antar ragam profesi, jumlah
masyarakat dengan masalah sosial, ekonomi, dan kelembagaan yang masih
besar, sumber daya yang belum siap pakai.
Peluang, Adanbya
kebutuhan rutin, iklim demokrasi dan ekonomi yang memungkinkan,
kuantitas perantau besar, potensi profesi yang belum termanfaatkan,
dukungan pihak lain, keberadaan kelembagaan perantau yang tersebar
Ancaman, Perbedaan
visi, ketidaksiapan manajemen dan sumber daya, kesepakatan tamu.
ALTERNATIF
Dengan
gambaran sementara diatas dapat dipetik bahwa para perantau masih
memungkinkan untuk meningkatkan kiprah kepeduliannya di perantauan
dan bagi kampung halaman. Agak sulit untuk mencari kegiatan strategis
yang dapat mengantarkan berbagai jalan serentak seperti pengembangan
sumber daya, pemberdayaan kelembagaan dan kegiatan ekonomis.
Mengantarkan
dialog untuk menentukan pilihan terhadap berbagainkemungkinan yang
tepat, antara lain:
Pertama, Merintis
Group Perancant (Think Thank) sekitar 10-20 orang yang akan melakukan
kegiatan pertemuan rutin dengan sasaran utama kesamaan visi, pilihan
kegiatan, pengembangan konsep, penyusunan rencana dan penyiapa sumber
daya.
Kedua,
Masing-masing anggota dari 10 orang ini akan melakukan hal serupa di
tiap wilayah dengan tujuan serupa. Sehingga jumlah anggota kelompok
perancang ini semakin besar
Ketiga,
Merintis kegiatan awal sebagai “Model” yang dapat mengakomodasi
berbagai keperluan, baik sosial, keagamaan, ataupun ekonomi. Misalnya
model BMT yang dapat mewadahi perwujudan kepedulian osial, keagamaan,
dan ekonomi
Keempat, Desiminasi
kajian model dan penyebarluasannya di rantau dan di kampung halaman.
MEREKA YANG BIJAK DAN
IKHLAS
Akhirnya
semua hal itu kembali kepada diri pribadi, apakah termasuk kelompok
yang bijak dan ikhlas, atau tidak.
Berbuat
baik itu seperti pohon yang baik, akarnya teguh, dan cabangnya
menjulang ke langit, pohon itu memberikan buahnya pada setiap musim
dengan seizin tuhannya (Q.S 14/Ibrahim 24-25)
Perumpamaan
(nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya
di jalan Allah adalah serupa butir benih yang akan menumbuhkan tujuh
butir, dan pada tiap-tiap butir (menumbuhkan) 100 biji. Allah akan
melipatgandakan ganjaran bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Tuhan
Maha Luas Kurnia-Nya lagi Maha Mengetahui (Q.S 2/Albaqarah, 261)
Kita
sebagai manusia diciptakan Allah hanya berbakti kepada-Nya (Q.S 51/Ad
dzariat, 56) dengan mengemban amanah-Nya, berpegang kepada tali
(agama) Allah dan tali (perjanjian) dengan manusia (Q.S 3/Ali Imran,
112), karena khidupan manusia dijadikan-Nya berkelompok-kelompok (Q.S
49/Al Hujurat, 13)
Dalam
melaksakan amanah-Nya berperan menjadi khalifah-Nya di muka bumi,
yang menurunkan sifat-sifat keagungan-Nya kita dituntut untuk membawa
kemakmuran, keadilan, rahmat bagi sekalian alam, manusia berkualitas
dan berbahagia, rasa kebersamaan, kesetia kawanan, dan persaudaraan
(Q.S 3/Ali Imran, 30-34; 27/An Naml, 60-66; 11/Hud, 61; 6/Al
An'am,165; 21/Al Anbiya,107; 67/Al Mulk,15; 2/Al Baqarah 201;
36/Yaasin, 12,65).
Karena
itu, “jangan membuang-buang waktu lagi, bersegeralah agar tidak
merugi, teguhkanlah imanmu kembali, tingkatkan amal salehmu, saling
mengajak, memperingatkan pada perjuangan meningkatkan kualitas
kehidupan dengan segala keuletan (Q.S 103/Al Ashr, 1-3), antara lain
dengan “nafkahkanlah sebagian rezeki yang telah ku titipkan padamu”
(dalam banyak ayat, Q.S 2/Al Baqarah, 3; 8/Al Anfal,3; 16/An Nahl,
90), yang dengan itu “Allah akan mengaruniai derajad kehidupan yang
sangat tinggi kualitasnya (disisi Tuhan mereka), kehidupan maghfirah,
dan menambah-nambah rezeki yang mulia” (Q.S 8/Al Anfal, 4). Allah
tidak pernah memungkiri janji-Nya (Q.S 3/Ali Imran, 194) Muchtar Bahar, disampaikan dalam acara silaturahmi Iqbal AMM Sumber Jaya di Kantor PT Muhammadiyah Menteng Raya, Jakarta Pusat, 18 Syawal 1417 H
Tidak ada komentar:
Posting Komentar