Kamis, 19 Februari 2015

Perantau Dan Kepedulian Pada Sesama


CONTOH-CONTOH

Sumardi, Sumedang (40 tahun) seorang pengusaha Tahu Sumedang sejak dua tahun yang lalu mencoba maju bersama dengan orang-orang kecil di sekitarnya. Sebagai pengusaha tahu, setiap bulan ia membutuhkan keranjang tempat pencucian kedelai, plastik, dan kertas. Usaha dengan omzet hampir 20 Juta Rupiah sebulan memungkinkan dijalankan dengan baik, karena ada orang kecil disekitarnya yang ikut andil. Keranjang dan tempat pencucian kedelai dibuat oleh para perajin bambu di desa dengan kehidupan dibawah garis kemiskinan. Plastik telah dipasok oleh pedagang plastik di Sumadang, sementara penjualan dilakukan oleh para pedagang kecil keliling di berbagai daerah baik di Sumedang, Cirebon, Tasikmalaya dan daerah lain.

Sumardi melakukan ini karena ia memiliki visi bahwa “maju dan untung” akan semakin langgeng kalau dilakukan bersama-sama.

Effendi Arsyd asli Bandung, bekas Camat di beberapa daerah di Kabupaten Tangerang, dan saat ini sebagai Kabag pemerintahan Desa Kabupaten Dati II Tangerang, kembali tinggal di Pamulang, Ciputat, setelah berpindah-pindah sesuai dengan tugas yang diemban.

Kembali tinggal di Pamulang, ia melihat aktivitas masjid di lingkungannya tidaklah se intensif ketika ditinggalkan tujuh tahun yang lalu. Ia melihat banyak hal dapat dilakukan untuk menggiatkan kembali kegiatan pemberdayaan masyarakat. Ia mulai mengajak pengurus untuk melihat kedepan dan potensi yang ada di lingkungannya. Beberapa ide mulai dijabarkan, seperti kegiatan ekonomi jamaah melalui Baitul Maal Wat Tamwil (BMT)

BMT Al Inayah, dirintis dua tahun yang lalu dengan basis keluarga di perantauan. BMT dengan layanan pengumpulan dana bersama dan membantu bagi anggota keluarga yang memerlukan, saat ini telah diikuti 49 anggota. Tercatat dana dari anggota hampir 7 Juta Rupiah.

Dalam dua tahun telah dapat dilayani 14 orang dengan nilai akumulasi layanan keuangan yang mencapai 8 Juta Rupiah. Dalam periode itu, sisa bagi hasil dari layanan keuangan mencapai 650.000. Malahan anggota BMT masih dapat menyisihkan infaq bagi keperluan di kampung halaman, seperti dukungan bagi guru ngaji, kegiatan desa, dan lain-lain.

KENAPA?

Tiga contoh diatas adalah ilustrasi dari kepeduliah=n hamba Allah pada sesamanya. Akan banyak sekali deretan contoh nyata bagaimana seorang hamba Allah membagi waktu, pengalaman, ilmu, tenaga, dan bahkan sebagian rezeki ilahi kepada sesamanya. Barangkali inilah yang sering disebut dengan Da'wah Bil Hal. Mari kita lihat sebetulnya apa yang menjadi pendorongnya. Pling kurang ada tiga faktor utama.

Pertama, Visi terhadap kehidupan dan penghidupan yang dijalankan. Keinginan menjadi orang yang bermanfaat pada sekitarnya. Kedua, Keikhlasan untuk menindaklanjuti visi itu secara nyata. Bukan dilakukan oleh orang lain tetapi diri pribadi secara langsung. Ketiga, Persoalan kemasyarakatan disekitar baik sosial, kelembagaan, ekonomi ataupun ubudiah yang dilihat sebagai hal yang serius. Bukan bagian dari kehidupan kota yang lazim semata.


PERANTAU

Banyak hal telah dilakukan oleh para perantau di sekitar pemukimannya, dalam lingkungan usaha, dalam lingkungan kerja, dalam lingkungan kekerabatan, dan di kampung halaman. Banyak juga dilakukan dalam bentuk “charity”.

Apakah dalam periode nanti akan berlanjut? Insya 'Allah demikian. Namun mungkin dapat ditempuh metode, bentuk dan proses yang lebih tepat. Dalam konteks ini mari ita simak empat dimensi, Kekuatan, Kelemahan, Peluang, Ancaman (KEKEPAN)

Kekuatan, Wawasan lebih luas, pengalaman lebih panjang, hubungan/jaringan kerja & usaha, tingkat pendapatan diatas rata-rata, kepedulian pada sesama, asset komunikasi, ragam profesi yang bervariatif, pijakan keberagaman diatas rata-rata

Kelemahan, Perhatian dalam bentuk charity, komunikasi antar sesama renggang, belum ada wadah menyeluruh, terpisah-pisah antar ragam profesi, jumlah masyarakat dengan masalah sosial, ekonomi, dan kelembagaan yang masih besar, sumber daya yang belum siap pakai.

Peluang, Adanbya kebutuhan rutin, iklim demokrasi dan ekonomi yang memungkinkan, kuantitas perantau besar, potensi profesi yang belum termanfaatkan, dukungan pihak lain, keberadaan kelembagaan perantau yang tersebar

Ancaman, Perbedaan visi, ketidaksiapan manajemen dan sumber daya, kesepakatan tamu.

ALTERNATIF

Dengan gambaran sementara diatas dapat dipetik bahwa para perantau masih memungkinkan untuk meningkatkan kiprah kepeduliannya di perantauan dan bagi kampung halaman. Agak sulit untuk mencari kegiatan strategis yang dapat mengantarkan berbagai jalan serentak seperti pengembangan sumber daya, pemberdayaan kelembagaan dan kegiatan ekonomis.

Mengantarkan dialog untuk menentukan pilihan terhadap berbagainkemungkinan yang tepat, antara lain:

Pertama, Merintis Group Perancant (Think Thank) sekitar 10-20 orang yang akan melakukan kegiatan pertemuan rutin dengan sasaran utama kesamaan visi, pilihan kegiatan, pengembangan konsep, penyusunan rencana dan penyiapa sumber daya.

Kedua, Masing-masing anggota dari 10 orang ini akan melakukan hal serupa di tiap wilayah dengan tujuan serupa. Sehingga jumlah anggota kelompok perancang ini semakin besar

Ketiga, Merintis kegiatan awal sebagai “Model” yang dapat mengakomodasi berbagai keperluan, baik sosial, keagamaan, ataupun ekonomi. Misalnya model BMT yang dapat mewadahi perwujudan kepedulian osial, keagamaan, dan ekonomi

Keempat, Desiminasi kajian model dan penyebarluasannya di rantau dan di kampung halaman.



MEREKA YANG BIJAK DAN IKHLAS

Akhirnya semua hal itu kembali kepada diri pribadi, apakah termasuk kelompok yang bijak dan ikhlas, atau tidak.

Berbuat baik itu seperti pohon yang baik, akarnya teguh, dan cabangnya menjulang ke langit, pohon itu memberikan buahnya pada setiap musim dengan seizin tuhannya (Q.S 14/Ibrahim 24-25)

Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa butir benih yang akan menumbuhkan tujuh butir, dan pada tiap-tiap butir (menumbuhkan) 100 biji. Allah akan melipatgandakan ganjaran bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Tuhan Maha Luas Kurnia-Nya lagi Maha Mengetahui (Q.S 2/Albaqarah, 261)

Kita sebagai manusia diciptakan Allah hanya berbakti kepada-Nya (Q.S 51/Ad dzariat, 56) dengan mengemban amanah-Nya, berpegang kepada tali (agama) Allah dan tali (perjanjian) dengan manusia (Q.S 3/Ali Imran, 112), karena khidupan manusia dijadikan-Nya berkelompok-kelompok (Q.S 49/Al Hujurat, 13)

Dalam melaksakan amanah-Nya berperan menjadi khalifah-Nya di muka bumi, yang menurunkan sifat-sifat keagungan-Nya kita dituntut untuk membawa kemakmuran, keadilan, rahmat bagi sekalian alam, manusia berkualitas dan berbahagia, rasa kebersamaan, kesetia kawanan, dan persaudaraan (Q.S 3/Ali Imran, 30-34; 27/An Naml, 60-66; 11/Hud, 61; 6/Al An'am,165; 21/Al Anbiya,107; 67/Al Mulk,15; 2/Al Baqarah 201; 36/Yaasin, 12,65).

Karena itu, “jangan membuang-buang waktu lagi, bersegeralah agar tidak merugi, teguhkanlah imanmu kembali, tingkatkan amal salehmu, saling mengajak, memperingatkan pada perjuangan meningkatkan kualitas kehidupan dengan segala keuletan (Q.S 103/Al Ashr, 1-3), antara lain dengan “nafkahkanlah sebagian rezeki yang telah ku titipkan padamu” (dalam banyak ayat, Q.S 2/Al Baqarah, 3; 8/Al Anfal,3; 16/An Nahl, 90), yang dengan itu “Allah akan mengaruniai derajad kehidupan yang sangat tinggi kualitasnya (disisi Tuhan mereka), kehidupan maghfirah, dan menambah-nambah rezeki yang mulia” (Q.S 8/Al Anfal, 4). Allah tidak pernah memungkiri janji-Nya (Q.S 3/Ali Imran, 194) Muchtar Bahar, disampaikan dalam acara silaturahmi Iqbal AMM Sumber Jaya di Kantor PT Muhammadiyah Menteng Raya, Jakarta Pusat, 18 Syawal 1417 H

Tidak ada komentar:

Posting Komentar